Kamis, 13 Desember 2012

Kebaikan dan Keburukan Seorang Hamba di Hadapan Tuhannya


Assalamualaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahiihm,

Alhamdulillahi Robbil Alamiin, wa bihi nasta'inu Ala umurid dunya wad Din, Amma ba'du. How are you brothers and sisters? May Allah Bless you all, Amiin. Kita bagaikan rantai yang kokoh tidak boleh dan memang seharusnya tidak bisa terlepas, selagi akidah dan iman kita sama. Landasan itu tidak bisa dianggap remeh dan tidak bisa dianggap main-main. Aqidah ibaratnya wadah atau pondasi, kalau wadah itu bocor atau pecah maka tidak akan bisa menampung sesuatu atau jika pondasinya keropos maka bangunannya akan runtuh ambruk tak berbekas.

Sobat, saya juga masih ingin belajar banyak tentang akidah dan mengaplikasikannya dalam kehidupan ini. Betapa banyak cobaan dan godaan yang menerpa hidup kita, bagai badai dan topan tak henti-hentinya menerjang bahtera. Jika bahtera itu rapuh sirnalah ia beserta isinya, lain halnya dengan bahtera Nabi Nuh AS yang begitu kokoh karena arsiteknya mendapatkan bimbingan dari Sang Maha Mengetahui. Bahtera itu kokoh tidak retak sedikitpun meski diterjang badai yang maha dahsyat di kala itu. Tapi ingat sobat seberat apapun hal ihwal yang menimpa diri kita dan keluarga kita jangan sampai berburuk sangka pada Allah SWT, kita harus tetap berhusnudzon padaNYA karena Ia yang Maha Mengetahui tentang diri kita.

Saya hendak mengutip sebuah hadits dari kitab Muhtar Ahadits No 59 yang artinya : Ketika Allah Menghendaki kebaikan pada seorang hamba, Maka Allah akan menyegerakan hisab/siksaNYA di dunia, tetapi kalau Allah Menghendaki keburukan padanya maka Allah akan menunda siksaNYA hingga hari kiamat.

Arti dari hadits di atas tersebut merupakan hasil dari kajian bersama ustadz saya setiap malam sabtu. Jadi kalau kita sering mendapati ujian bisa ringan, menengah, berat bahkan super berat itu adalah bentuk Kasih sayang Allah pada kita. Allah sedang menguji kita sejauh mana tingkat keimanan, ketaatan dan tentunya kesetiaan dan rasa cinta kita pada Allah SWT.Dan yang jelas Allah SWT tidak akan menguji hambaNYA melampaui batas kemampuannya.

Jadi kalau kita mendapat banyak cobaan baik berupa bala ( hal yang tidak menyenangkan ) kita harus tetap tabah ( Tawakkal ) dan berbaik sangka padaNYA kalau cobaan itu berupa hal yang memberatkan bisa jadi itu adalah hisab atau balasan terhadap amal perbuatan yang telah kita lakukan. Dan itu adalah bukit kalau Allah SWT Menghendaki kebaikan pada diri kita.

Dan jika kita lebih banyak mendapat fadhal, nikmat Allah yang berupa kesenangan kita harus bersyukur juga harus waspada dan ingat pada  nikmat Allah itu. Kita meminta padaNYA dengan nikmat itu sebagai sarana ibadah padaNYA bukan jalan atau cara Allah untuk Menghendaki keburukan pada diri kita.

Demikian sobat fakir semoga Allah SWT selalu memberikan HidayahNYA pada diri kita, keluarga dan orang yang kita kasihi. Semoga Allah memanjangkan umur kita dan kita bisa bersua di bahasan selanjutnya.

Wassalamualaikum.


Sang Fakir

Note : referensi kitab Muhtar Ahadits no. 59 dan Kajian Rutin Majelis Al-Bayan Ustadz Fatoni, Serang-Banten

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Senja Kelabu

Sabtu kemarin tidak biasanya anakku yang paling kecil terlihat murung, dia padahal yang paling ceria. Ketika diajak canda hanya sesekali senyum renyahnya tersungging, aah ternyata matanya bengkak kemerahan. “ Astagfirullah kenapa ya sayang digigit nyamuk atau kenapa? “ hati kecilku bertanya-tanya iba. 


Akhir pekan di rumah biasanya begitu ramai dengan gelak tawa si kecil, dia paling senang diajak canda dan ciluk baa sama tetehnya. Ketika dicek lebih teliti pada sekitar matanya, ternyata matanya terkena iritasi ringan kemerahan, ada kotoran berwarna kuning yang sering menghalangi pandangannya. Tapi yang membuat saya kagum dia tidak rewel, beda dengan teteh-tetehnya dulu yang lebih rewel ketika panas atau terkena iritasi mata.


Saya mengingat-ingat si dede pernah dibawa jalan kemana saja, padahal sedari kemarin dia hanya dibawa ke tempat si bibi yang biasa ngasuh. Jarak pengasuh anak kami tidak terlalu jauh, tepat di depan komplek kami dan jalannya pun tidak berdebu. Oh ya istri mengingatkan, si dede mungkin terkena debu ketika kami mengantarkan adik ke calon istrinya pada saat akad nikah hari rabu kemarinnya. Langsung saja tanpa pikir panjang saya mengajak istri untuk berobat ke klinik atau bidan terdekat.


Sore itu kami langsung membawa si dede di bidan anak terdekat, biasa si tetehnya yang kedua merengek-rengek ingin di ajak juga. Dan lebih repot lagi kalau tetehnya yang pertama mau ikut juga, biasanya dia minta jajan yang macam-macam untungnya sedang di rumah neneknya di Cinangka. Kondisinya cukup mendung saya agak risih membawa dua anak kecil dengan motor lagi, tepat pukul 5 sore kami berangkat “ Bismillahi tawakaltu Alallah “ semoga Allah melindungi kami dari mara bahaya yang tidak diinginkan.


“ Semuanya sudah siap?” tanyaku. Si teteh kecil menjawab cadil , “siap ayah”. Ku tancap gas perlahan, melihat kondisi awan yang mendung bulu kuduk merinding seolah hujan lebat mau turun. Alhamdulillah 10 menit kemudian sampai di bidan Danik, kebetulan jaraknya sekitar 1 kilometeran. Di sana juga si dede dilahirkan, tepatnya malam hari jam 22.20 selasa malam. Di sana ada 2 orang anak yang menganteri juga, “ ya allah mudah-mudahan si dede tidak kenapa-napa “ doaku dalam hati.


Dua puluh menit kemudian giliran si dede dipanggil, bu bidannya pun merasa iba melihat dedeku yang cantik itu matanya kemerahan dan merintih kesakitan. Setelah diperiksa ternyata benar dia hanya terkena iritasi ringan dan diberi obat salep saja. 


Setelah selesai berobat dan hendak pulang hujan turun dengan lebat, sekitar setengah jam kami tertahan ‘ Allahuma Shoyiban nafian’ semoga hujan ini bermanfaat ya Allah. Dan kami pun pulang ketika adzan berkumandang, menyusuri jalanan yang basah. 


Sesampainya dirumah langsung kami obati si dede, dan selang 15 menit kemudian mata merah itu berangsur hilang. Senja kelabu pun sirna diterpa gelak tawa si kecil, dia paling senang dicanda oleh tetehnya.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Rabu, 12 Desember 2012

Majelis Cinta

Sebagai seorang santeri kala itu saya rutin mengaji, jadwalnya setelah shalat isa dan shalat subuh. Ba’da shalat isa kajian tentang ilmu nahwu dan fikih, dasar-dasar ilmu agama yang harusnya dipelajari oleh setiap muslim yang sudah akil baligh ( yang sudah mencapai umur dewasa ).

Dengan ilmu nahwu seorang muslim tahu betul tata bahasa arab yang merupakan bahasa Al-qur’an dan hadits, jadi tidak setiap orang bisa menerjemahkan Quran dan sunah seenaknya. Harus sesuai aturan dan kaidah yang telah ditentukan. Fikih adalah ilmu yang mempelajari kegiatan seorang muslim sehari-hari yang sesuai dengan syariatNYA, jadi setiap muslim yang sudah mukallaf ( dewasa ) dan sudah dikenai kewajiban syariat harus tahu ilmu fikih ini.

Kajian tafsir qur’an kami lakukan pagi hari setelah shalat subuh dan sebelum berangkat kerja, maklum saya nyanteri, kuliah juga kerja. Setelah berjalan beberapa bulan saya sudah mulai beradaptasi dengan tempat yang baru itu, sebelumnya saya kuliah dan diajar oleh ustadz saya yang seorang dosen juga. Dan beliau tinggal di komplek perumahan, sehingga saya harus belajar agama ( nyanteri) di tempat beliau. 

Setelah beberapa bulan, ada seorang ustadzah pengajar TPA yang mau juga belajar kajian tafsir. Ternyata dia sebelumnya sudah belajar di sebuah pesantren, jadi ketika ada yang mengaji di dekat rumahnya ia ingin juga ikut mengaji. Dia menanyakan kepada saya apakah bisa ikut mengaji dengan saya, terutama pada kajian pagi hari setelah shalat subuh itu. Saya hanya bisa bilang kalau dia harus ijin dengan ustadz saya dulu apakah dia bisa ikut atau tidak.

Pada hari berikutnya, pagi-pagi setelah kami selesai shalat shubuh dan dzikir di mushola sekitar pukul 05.00 dia sudah menunggu di majelis itu. Tafsir awal di surat Al- Baqoroh, sungguh luas ilmu Allah SWT ternyata dalam satu ayat saja terkandung pesan yang sangat luhur. Sebenarnya saya tidak terbiasa mengaji dengan akhwat di samping saya, tak di sangka dia memang cepat meresap pelajaran bisa dibilang dia lebih pintar dari saya.

Hari-hari berlalu, kami pun berkenalan dan dia adalah gadis yang sederhana, sopan dan tidak mau terlalu dekat dengan yang bukan muhrimnya. Kami hanya sekilas bertemu pandang, entah kenapa hati ini mulai terpaut. Tidak bisa disangkal rasa itu semakin menyeruak ke relung jiwa, sehingga rasa itu berbuah cinta. Ya saya piker itu adalah cinta, cinta yang kagum akan kebaikan akhlak, dan ilmunya. Ia seakidah dan seiman, dan pikirku mungkin ia adalah sekufu ( cocok dan sesuai secara agama ) denganku.

Ternyata rasa itu tidak bertepuk sebelah tangan, hati kami saling berpaut di majelis tafsir itu, majelis cinta. Semoga cinta kami diRidhoiNYA hingga akhir hayat kami. Amiin ya robbal alamin. 

Di pojok kota seribu santeri.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Rabu, 05 Desember 2012

Transformasi itu suatu Keharusan


Sobat  pasti senang kan melihat perubahan tampilan web kesayangan kita yang lebih friendly, lebih wah, dan lebih ‘membekas’ dihati. Jujur saya suka menulis di blog, tapi karena tulisan saya jarang dibaca dan diapresiasi ya jadinya agak malas. Apresiasi dalam suatu karya adalah kerharusan, bahkan Tuhan Yang Maha Kaya itu adalah Yang Maha Mengapresiasi ( Menimbang, Memberi, Membalas ) setiap hasil karya makhlukNYA.
Dan memang sudah fitrahnya manusia untuk diapresiasi, bukan berarti riya atau tidak ikhlas tapi itu adalah batas kewajaran. Dengan saya menemukan dan bergabung di ceritamu.com yang telah ber ‘ transformasi ‘ saya merasa lebih diaku, lebih diapresiasi sehingga semangat menulis pun bangkit kembali.
Saya akan mengemukakan sebuah kata yaitu transformasi, yang berarti berubah ke arah yang lebih baik. Ia kata benda juga bisa dikatakan kata sifat yang bisa melekat pada diri baik perorangan, lembaga ataupun sebuah negara sekalipun. Kalau perorangan, lembaga, ataupun negara itu stagnan alias jalan di tempat maka ada yang salah dalam diri mereka. Bisa jadi dari power / tenaga yang tidak ada atau strategi yang salah terap dalam mengarungi perjalanan panjang ini.
Transformasi bisa juga berupa rule ( atauran ) atau sunatullah yang harus dijalankan, kalau tidak maka kita akan kalah, sirna bahkan musnah. Dalam bulan ini yang merupakan tahun baru dalam kalender Islam yang disebut Hijriyah yang berarti hijrah. Hijrah juga bisa dikatakan padanan kata dari transformasi yang berarti menuju ke arah yang lebih baik, tidak lagi menengok dan berpaling ke belakang. Menatap dengan fokus ke masa depan yang lebih baik,dengan arahan yang jelas, strategi yang matang serta energi yang cukup adalah hal utama yang harus diperhatikan agar kita bisa meraih apa yang diinginkan.
Dengan goal atau tujuan yang jelas, kita mau tidak mau harus membangun karakter yang powerfull tidak mudah kalah dan terjatuh. Serta meski sudah dalam kondisi titik nadir pun bisa melejit bangkit , tidak dirundung kesedihan yang mendalam. Rasulallah SAW sudah begitu jelas mencontohkan bagaimana ia berjuang dengan sekuat tenaga, menghimpun kekuatan yang semula sedikit hingga menjelma kekuatan yang dahsyat untuk menyiarkan Risalah Tuhan Yang Maha Mulia itu.
Ia begitu tegar, kuat dan juga cerdas, andai saja ia lemah dan tidak mempunyai pendirian yang kuat niscaya hijrahnya beliau ke Yastrib itu tidak akan membawa perubahan. Semoga saya dan anda sekalian diberi kekuatan, petunjuk dan jalan yang lurus serta terang benderang untuk meraih hidup yang secara hakiki lebih baik dari yang sekarang.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Renungan Akhir Tahun : Apa Yang sudah Anda Capai?


Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk hidup lebih baik dan lebih sejahtera, baik secara lahir yang berupa materi ( sandang dan pangan ) maupun secara bathin yang berupa kebahagiaan yang hakiki. Tapi seiring perkembangan jaman saat ini, definisi kesejahteraan itu semakin bergeser dan berubah makna.

Dengan berkembangnya peradaban dunia yang begitu cepat saat ini , kehidupan yang sejahtera itu diukur hanya dengan keberhasilan materi belaka. Manusia modern saat ini cenderung ke arah hidup yang hedonis, yaitu menempatkan kekayaan secara materi diatas segalanya. Ya orang perorang mengukur keberhasilan hidupnya manakala hajat nafsu duniawinya terpenuhi, ia tidak memperhatikan apakah keberhasilannya itu membentur nilai-nilai keluhuran suatu etika, norma yang disebut agama.

Sobat saya juga bukan ahli filsafat, bukan ahli agama dan juga bukan ahli sastra yang pandai mengukir-ukir kata. Tapi saya sering mengukur dan menimbang pada diri saya, apakah setiap tindakan saya ini benar sesuai garis yang telah baku. Atau saya termasuk orang yang lebih mementingkan nilai-nilai materi belaka yang sifatnya rusak dan sementara, saya hanya orang dhoif yang memang butuh akan materi tidak naif atau menafikan ( menghilangkan ) akan kebutuhan materi itu.

Coba sobat renungkan, tidak usah jauh-jauh ke belakang bertahun-tahun silam. Cukup renungkan apa yang telah anda perbuat, serta apa yang telah anda capai dari awal tahun hingga menjelang akhir tahun ini? Apakah secara materi anda terpenuhi dari tahun sebelumnya? Apakah secara rohani kebahagiaan anda terpenuhi dengan adanya materi tersebut? Apakah keinginan terbesar anda terpenuhi tahun ini ? atau apakah semua yang anda idam-idamkan baik secara materi ataupun non materi tersebut hanya angan belaka?.

Ya mungkin secara kekayaan materi orang yang melihatnya secara nyata akan mengucapkan, wah anda berhasil. Atau anda belum berhasil. Tapi untuk urusan rohani atau spiritual hanya anda dan Tuhan anda yang tahu bukan?. Ada sedikit ‘riak kata’ dalam otak dan pemikiran saya, sebenarnya kondisi sesejahtera apapun materi saya ternyata kalau kebahagiaan secara bathin ( rohani ) itu kosong ujungnya semuanya hampa, hambar, tidak bisa lengkap dan ada sesuatu yang hilang.

Rohani ini haus akan kesejahteraan bathinnya, dan perilaku bathin ini akan benar-benar mempengaruhi tindakan lahirnya. Coba sekali lagi renungkan, ternyata sebesar apapun misal gaji atau pendapatan kita ternyata semuanya itu relatif. Selalu berbanding lurus dengan nilai semua materi yang ada dihadapan kita, mau sekian puluh juta kalau ternyata yang kita keluarkan melebihi puluhan juta itu. Maka ibarat mereguk air garam, kita akan haus dan terus haus tidak akan pernah berhenti untuk mereguknya.

Tak ayal banyak orang menghalalkan segala cara untuk meredam kehausannya itu, mereka berbuat culas , bermuka badak, dan tega merebut hak-hak orang lain. Maka benarlah satu hal yaitu pesan Tuhan Yang Maha Rohman, Yang Maha Mensejahterakan, Yang Maha kaya. “ Sesiapa yang Bersyukur pada NikmatKU niscaya pasti akan Aku tambahkan NikmatKu itu padamu, dan barang siapa yang Kufur ingat adzabKu sangat pedih”.

Kata guru spritual saya ‘bersyukur’ berarti mentasyarufkan ( menyalurkan ) sesuai syariat dan di JalanNya yang diRidhoi, bukan semaunya sendiri karena setiap nikmat yang kita rasakan akan berbalik pada diri kita. Maka jelas kalau kita mentasyarufkannya dengan benar balasannya itu ratusan kali lipat, dan balasan itu bukan hanya materi belaka tetapi yang utama yaitu kesejahteraan bathin.

Dan karena Allah kesifatan Maha Rohman dan Rohim, ia mengadzab manusia yang kufur tersebut sebagian besar nanti di alam kekal, Ia begitu Penyabar menunggu hambaNYA kembali. Jadi ketika anda mendapat kekayaan materi cepat tunaikan Hak Allah, yaitu dengan memberikan pada hambaNYA yang lemah dan berhak dari sebagian harta anda. Demikian semoga hari-hari anda indah dan bersama RidhoNYA. Amiin.


Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Kamis, 15 November 2012

Cinta itu Fitrah dari Lahir

Cinta adalah ruh hidup dari Sang Maha Hidup, tanpanya apatah arti dari diciptakannya alam semesta beserta isinya ini. Allah SWT berfirman dalam hadits qudsiNYA, yang artinya “ Aku adalah bagai sesuatu yang tersembunyi,dan Aku berkehendak untuk dikenal maka AKu ciptakan makhluk”. Dengan Sifat Qudrat dan IradatNYA Ia menciptakan “ kun Faya Kun” terjadilah maka ia terjadi. Ia ciptakan alam semesta beserta alam malakut, alam ruh, alam akhirat dalam enam masa. Dimana dalam satu riwayat 1 masa itu adalah 1000 tahun dunia ini.
 
Ia menciptakan dengan Cinta KasihNYA, Allah kesifatan Rohman yang artinya Maha Mencinta. Dengan rasa Cinta itu Allah tidak membedakan apakah makhlukNYA itu taat atau menentang Kehendak dan PerintahNYA. Ia adalah Raja Yang Maha Kuasa, dengan KeMaha KuasaanNYA itu ia berhak Sombong dan Murka. Tapi karena Rasa CintaNYA lebih besar daripada MurkaNYA itu, maka alam semesta beserta isinya ini tetap kokoh hingga pada hari yang telah ditentukan yaitu hari pembalasan, hari akhir dan binasanya alam fana ini.
 
Seyogyanya manusia kesifatan RohmanNYA Allah SWT, maka tingkatan ma’rifat ( penyerahan diri, tunduk dan patuh) seorang hamba adalah mahabbah ( cinta ) pada tuhanNYA. Rasa Mahabbah ( cinta ) itu sudah ada sejak manusia dan makhluk lainnya dilahirkan. Dengan rasa cinta itu setiap makhluk rela berkorban demi yang ia cintai, tak memandang yang dicinta itu siapa. Dan tidak ada alasan dalam mencinta, karena cinta memang fitrah sejak dari lahir.
 
Coba kita renungkan, banyak para induk dari hewan yang begitu mengasihi anak-anaknya. Mereka rela berkorban nyawa demi keselamatan anaknya itu. Mereka tahu ketika anaknya kelaparan dan ingin menyusu sehingga ia menundukkan badannya dan membiarkan anaknya menyusu hingga kenyang. Begitupun orang tua kita terutama sang ibu yang begitu cinta pada anaknya, ia rela bersusah payah mengandung selama Sembilan bulan dan dengan sabar menunggu kelahiran anaknya. Setelah lahir ia masih harus terjaga agar anaknya tidak kelaparan.
 
Betapa Allah Maha Indah dengan CintaNYA, setiap kekasih yang mengasihi dengan sabar mencinta dan memperjuangkan cintanya sehingga terpeliharalah umat manusia dari kepunahan. Meski sebagian umat manusia percaya bahwa manusia adalah makhluk unggul dan tidak akan punah sehingga mereka tidak ‘mensakralkan’ cinta yang mengutamakan keturunan yang terbaik.
 
Semoga Allah SWT Memberikan Cinta dan RidhoNYA pada diri kita, keluarga kita, teman karib kita, serta semua yang kita kasihi dan cintai. Tanpa cintaNYA apalah guna kita dihidupkan, karena hidupnya sudah mati.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Selasa, 13 November 2012

Ketika Hujan Menyuburkan Benih-Benih Cinta

Musim hujan telah tiba di beberapa daerah, terutama di tempat penulis berada Serang-Banten. Ia Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan HambaNYA berada pada kesusahan, dan Menguji makhlukNYA di luar batas kemampuannya. Setelah sekian lama tanah terasa gersang dan tandus kini oase telah mulai bertunas. Tunas-tunas baru telah tumbuh siap menyongsong masa depan yang cerah, masa depan yang penuh harapan dan juga tantangan.

Melihat hujan turun, teringat masa SMA dulu terutama ketika ‘apel’ di tempat orang yang pernah saya puja dan cinta. Haa terus apa hubungannya hujan ma apel dan cinta. Ini bukan kisah memori daun pisang, tetapi pengalaman pribadi yang pernah saya rasakan. Sebagai insan manusia biasa. Saya tidak terlepas dengan rasa cinta, entah hanya cinta monyet atau cinta sejati. Yang penting judulnya cinta.

Rasa cinta yang membuncah kala itu kadang membuat mata ini ‘buta’, bukan buta tidak melihat tapi buta dari etika yang kadang menentang nurani. Ketika teringat waktu itu sering tersenyum dan menertawakan ulah sendiri waktu itu.

Seperti anak muda yang sedang jatuh cinta yang kasmaran pada orang yang dicintainya, saya berkunjung ke rumahnya dengan alasan yang tepat silaturahmi. Saya waktu apel dengan sopan, artinya saya bertamu baik-baik ijin dengan kedua orang tuanya dan hanya sekedar melepas rindu ingin bertemu. Sejatinya para pecinta yang sering merindukan kekasihnya sehari tak bertemu hidup serasa hampa, hhaa lebay ya kata anak sekarang mah.

Saya ‘bertamu’ pada si pujaan hati selepas shalat isa, dan kebetulan waktu itu musim hujan telah tiba. Semakin berlama-lama bertamu semakin senang rasanya hati ini. Apalagi kalau hujan turun hati semakin girang, ternyata selain untuk menyuburkan tanaman ternyata hujan juga bisa menyuburkan benih-benih cinta. Tahu kenapa? Kalau hujan turun apalagi lebat hujannya, maka akan ada alasan untuk berlama-lama dengan sang kekasih . karena hujan saya tidak bisa pulang dengan cepat sebagaimana biasanya.

Ah tapi itu masa lalu, sekarang setiap hujan tiba saya mencoba mensyukuri nikmat Allah SWT yang tiada tara itu. “ Allahumma Shoyyiban nafi’an” Artinya, Ya Allah semoga Hujan Ini Membawa manfaat. Amiin.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Sabtu, 20 Oktober 2012

Akankah Islam selalu Fait Accompli ?

“Fit accompli means: Something that has already happened and is thus unlikely to be reversed. It’s a unfair negotiation tactic often used by large companies to dominate smaller ones.”


“Yakni suatu tindakan taktik memojokkan, sehingga sang lawan tidak mau tidak harus menerima atau melakukan suatu hal yang menyebabkan kerugian pasti di pihak lawan tersebut.


Sebagaimana seseorang yang terus diejek dan dilecehkan ditempat yang ia tak mampu menghindar. Ia mengalami FAIT ACCOMPLI, antara menerima dengan pasrah ejekan itu atau akan memukul sang pengejek yang menyebabkan ia harus berurusan dengan polisi karena telah melakukan tindakan melukai orang lain, sedang yang memprovokasi berada dipihak penuntut dan diuntungkan oleh media, dan akhirnya menang dipengadilan karena telah diperlakukan kasar oleh lawannya.


Sayangnya kaum muslimin sering mengalami FAIT ACCOMPLI ini, bagaikan buah simalakama: bertindak salah, tak bertindak juga salah.


Pada decade ini terkenal dengan Salman Rushdi dengan “Satanic Verses” nya, Lars Vilks serta Kurt Wastergaard dengan karikatur “sampah”nya, Geert Wilders dengan film “Fitna” nya, dan kini Sam Bacile dengan film “Innocence of Muslimnya”.


Semua isinya identik, yakni “penghinaan kepada Nabi Muhammad” yang sama dan dengan alasan yang sama pula, yakni :”demi kebebasan menyatakan pendapat” yang sudah diperalat sedemikian rupa dan tendensius.


Musuh- musuh Islam sangat tahu bahwa bila Nabi Ummat Islam di ejek, tak mungkin kaum muslimin mengejek balik Nabi mereka karena bagi muslimin, Nabi para penista Islam, adalah juga Nabi kaum muslimin yang wajib dihormati, sehingga tindakan kaum muslimin sudah bisa ditebak dan diperkirakan, yakni hanya akan (diharapkan) marah disusul dengan tindakan bersifat anarkis. Justru ini yang diharapkan mereka dengan tembakan susulan: ”Terbukti kaum muslimin suka kekerasan, anarkis dan anti demokrasi”.


Sesungguhnya Negara- Negara pengusung demokrasi yang kebablasan tersebut tidak akan cukup terusik dengan demo demo yang kita lakukan, semua demo hanya sekedar gigitan nyamuk yang menyebabkan mereka berhak untuk menepuk sang nyamuk sampai mampus.


Namun sebenarnya mereka akan kecut jika bukan demo yang kita lakukan, namun produk- produk terpilih mereka yang kita boikot dengan konsisten dengan jangka waktu tertentu, misal satu bulan. Apalagi menghadapi kaum muslimin yang 2 milyar, menghadapi Singapura dengan Chewing Gum Ban (larangan makan permen karet yang diiundangkan pada tahun 1992) Amerika kalang kabut, padahal penduduk Singapura hanya sekian juta jiwa, sehingga George W. Bush pada tahun 2003 pada US- Singapore Trade Zone perlu turun tangan membahasnya dengan Perdana Menteri Singapura.


Ketika Jylland Posten memposting karikatur penghinaan, di Emirat Arab tidak ada demo, namun semua produk COKELAT DENMARK dan dari Eropa lainnya tiba- tiba hilang dari pasar- pasar swalayan atas perintah Amir. Kontan pemerintah Denmark beserta konco- konconya kalang kabut. 


Kita juga boleh meminjam gerakan SWADESHI Mahatma Gandhi dari India yang memboikot produk- produk dari England sehingga pabrik- pabrik Inggris terpaksa tutup karena gudangya penuh dan tidak laku, sehingga akhirnya Britania Raya hengkang dari India tanpa perlawanan, karena tujuan penjajahan Inggris yang utama adalah menjual produk ketanah jajahan.


Masalahnya siapa yang mau memulai dan memiliki otoritas kuat untuk mengumandangkan BOIKOT?



Dari berbagai Sumber

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Senin, 15 Oktober 2012

Semangkuk Bubur Cinta

Di minggu pagi yang cerah, saya dan orang yang terkasih (sekarang istri) berjalan-jalan menyusuri kota serang yang lengang dan udara pun masih segar. Dulu masih belum ada swalayan dan kendaraan pun masih jarang sehingga udara belum kena polusi masih asri dan hijau berseri.
 Tak terasa 6 tahun lampau kami membina mahligai cinta yang indah semenjak perkenalan dengannya waktu itu. Pagi itu kami berhenti sejenak pada deretan warung penjual jajanan dan sarapan, ada bakwan, bubur ayam, ketoprak dan kupat tahu. Setelah menyusuri beberapa saat pilihan kami pada bubur ayam. Ternyata kekasih saya itu senang sekali dengan bubur, ya bubur ayam cirebon porsinya banyak sekali dan mangkuknya pun besar.
 Indahnya pagi itu dengan munculnya mentari menambah khidmat dalam sanubari memupuk rasa cinta. Kami bercengkrama membicarakan aktifitas masing-masing, ia seorang guru yang berakhlak mulia memakai jilbab. Ia jarang sekali bersalaman dan bersentuhan dengan yang bukan muhrimnya. Ya mungkin inilah jodoh saya pikirku, sambil menikmati bubur ayam yang hangat kuku itu otaku ngelantur kemana-mana.
 Maklumlah saya adalah pejuang cinta yang sering ditolak dan kandas di tengah jalan. Tersesat dalam gurun gersang penantian, menanti oase hijau yang subur penuh mata air cinta. Ia telah menyelesaikan D2 nya di sekolah Perguruan SD, kami saling bertukar pengalaman dan melepas penat karena seminggu beraktivitas. Kadang saya dengan rasa malu-malu menanyakan bagaimana kelanjutan kuliahnya. Dan menanyakan bagaimana hubungan asamaranya, saya paling tidak suka tedeng aling-aling apalagi menyangkut perasaan.
 Saya tidak mau terjadi kesalah pahaman, saya sudah serius ingin mengenal dan berhubungan jauh dengannya. Dia memang sudah dewasa, dari tutur katanya dan perilakunya. Dia tegas dan tidak suka basa-basi, nampaknya pagi itu mentari menyinari hatiku. Sambil menyantap sisa bubur yang ada, saya meyakinkan kalau saya serius ingin berhubungan lebih jauh dengannya.
 Dia pun tersenyum dan tersipu, dia bukan orang yang mudah mengungkapkan perasaannya. Tapi dengan isarat darinya yang tegas bahwa dia mau menerimaku apa adanya. Lalu dengan semangat dan cinta kuhabiskan bubur itu, ya semangkok bubur cinta. Dengan perantaraan itu cinta kami berpadu.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Jumat, 12 Oktober 2012

Rona Merah Itu Menggetarkan Hatiku

Umur mempengaruhi setiap perilakuku, malu rasanya ketika orang menganggap kita dewasa tapi perilaku tak mencerminkannya. Entah bagaimana mengatakannya, setiap aku teringat peristiwa dengan sang terkasih ingin sekali mengulangnya. Rona merah senyumannya, lembut tutur katanya dan perhatiannya membuatku selalu bergetar, berdesir dan ingin selalu mengingatnya. Saya rasa yang demikian itu bukan karena nafsu. Cinta tidak bisa dianggap nafsu, dan nafsu tak bisa disandingkan dengan cinta.

Saya selalu mencoba bersikap dewasa disampingnya, meski sadar kalau diri ini masih bersifat kekanak-kanakan. Ia lebih dewasa dariku, kakak kelasku waktu kuliah semester 2 dulu. Aku mengaguminya karena akhlaknya, ia berkerudung dengan elegan. Hati ini malu-malu meski benar-benar mengaguminya, kekaguman akan elegannya perilaku dan bahasanya. Kekaguman yang berujung pada rasa cinta, hati ini tak pernah bosan mencari pelabuhan cinta yang siap menerima kapal renta ini apa adanya. 

Terpana, kagum dan rasa penasaran serta haus akan kasih membuatku ingin mendekat dan meneguk air itu darinya. Pandangannya menyejukkan, tutur katanya membuat ku terbuai dalam mimpi indahnya taman-taman surga para pecinta. Pada kesempatan sore itu sesudah mata kuliah akhir ku beranikan diri untuk mengajaknya makan atau jalan, karena itu tekadku kalau aku punya uang lebih.

Saya kira itu bukan hal yang primitif, dan wajar kalau seseorang ingin lebih mendekat pada orang yang dikasihinya. Awalnya kami berkenalan sepintas lalu ketika baru masuk kuliah, namun hati ini selalu bergetar ketika melihat rona merah senyumanya itu.

Pilihan kami pada sebuah warung bakmi tomang, ada rasa bangga ketika saya bisa mentraktirnya dan berbicara dengannya dari hati ke hati. Saya tidak masih percaya kalau dia mau menerima ajakanku. Dia memanggilku mas, hati ini merasa tersanjung dan kata-katanya itu tidak pernah hilang dari memori ini. Tak bosan-bosannya saya memandang dan mengaguminya, kadang ia tersipu dan menanyakan apa maksudku mengajaknya. Berat dan kelu lidah ini untuk menjawabnya, tapi jujur kalau aku kagum dan menyayanginya. Serta saya ingin serius menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih.

Mungkin takdir belum berpihak pada cintaku, ternyata Allah SWT Menghendaki lain, skenarioNYA menuliskan kalau ia bukanlah pasangan sejati cintaku. Ia memang dewasa, tanpa tedeng aling-aling menyatakan kalau ia sedang bertunangan. Sungguh beruntung laki-laki yang mendapatkan hatinya, ia tahu kalau aku akan kecewa tapi nampaknya ia tidak mau membuatku terlalu berharap dan sakit hati.

Entah rasa apa yang timbul di hati ini, bukan kecewa atau sakit hati tapi semakin percaya kalau cinta yang Ia turunkan pada hambaNYA adalah mulia meski ia tak berbalas. Ya Allah SWT biarkan ia bahagia dengan orang yang ia cintai. Kemudian ia meninggalkan alamatnya pada saya dan Rona merah itu menggetarkan hatiku selamanya. Hingga kini dan nanti abadi beserta suratanNYA.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Kamis, 11 Oktober 2012

Ku Tunggu Jandamu

Rasa yang tiada terperi ini kadang membuat akal ini terpedaya, ia kesurupan tak terkendali dan terpaku hanya pada satu kata cinta. Benar apa kata orang tua, sepintar dan seluas ilmu anak muda tidak bisa melawan bentang waktu pengalaman orang dewasa. Semua itu kalah oleh waktu, kecuali Ia sang Maha Kekal tak lekang oleh waktu. Waktu jualah yang menguji tingkat dan derajat cinta seseorang, baik pada kekasihnya yang fana maupun pada Yang Maha Pecinta.

Sejatinya cinta itu adalah bertemu padu antara dua kasih dan terkasih, tidak ada namanya cinta hanya satu sisi saja. Atau istilah para penganutnya cinta bertepuk sebelah tangan. Allah SWT berkalam “ … apabila seorang hamba mendekatiKU dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari…”. Allah SWT Menegaskan pada hambaNYA Ia akan Menerima dan Mencintai pada setiap hamba yang mendekat walau membawa gunung dosa.

Allah Yang Maha Rohman ‘Mengajarkan’ pada kekasihNYA baginda Nabi SAW yang seraya bersabda “ Seseorang akan dibangkitkan bersama yang ia cintainya”. Dibangkitkan dari dunia fana ini menuju kehidupan yang hakiki, tak ada cinta yang tak terbalas kala itu. Setiap nikmat yang abadi adalah pengewajantahan dari CintaNYA.

Namanya anak muda yang sedang dilanda cinta buta, ketika ia haus dan berada di tengah-tengah gurun cinta yang gersang ia akan selalu mencari oase itu. Meskipun tak jarang terjebak pada fatamorgana, indah memang tapi ternyata hanyalah baying-bayang. Begitu cinta ini membuncah melewati batas naluri, meski ia tahu tak dapat dibantah kalau ‘cintanya bertepuk sebelah tangan’. Kalimat itu tidak pernah ada dalam kamus hidup saya, tapi nyatanya kala itu pernah terbesit kalau cinta ini tak berbalas. Hati ini semakin gundah dan bertanya apakah ini benar-benar cinta.

Entah ada angin apa malam itu selepas shalat magrib hati ini ingin segera bergegas menemuinya. Kami bertemu tak seperti biasanya di ruang tamu itu. Ia mengajak mengobrol dari hati ke hati di depan counter ponsel pamannya. Ia serius membicarakan hubungan kami, heran memang selama ini sayalah yang aktif membicarakannya setiap bertemu. Hati ini gemetar dan remuk redam ketika dia mengatakan kalau hubungan yang kami jalani ini tidak lebih antara adik dan kakak. Dan yang lebih parah ia telah menjalin cinta dengan orang lain.

Lantas kenapa ia begitu memperhatikan saya layaknya seorang kekasih? Lidah pun kelu, hati ini beku tak tahu kata apa yang tepat untuk menanggapi pernyataanya. Ya Allah berikan hambaMU ini kemantapan hati mengadapi setiap cobaan yang mendera. Ia meminta pendapat tentang perasaan seorang lelaki pada kekasihnya dan dengan entengnya ia meminta maaf atas setiap perilakunya.

Hati ini memang masih belum terima atas perlakuannya, namun apalah daya cinta tak pernah bisa dipaksakan. Tak mau lagi memperpanjang bincang-bincang kala itu saya berpamitan dengan hati kecut. Dan setan pun hadir dan membujuk hati ini, tak terasa sebuah kata tergumam dalam hati “ seandainya hati ini masih berpaut walau ia telah jadi milik orang lain, akan ku tunggu jandamu”. Ku tinggalkan dengan langkah gontai lunglai tak ada daya, hanya ada asa yang hampa.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Rabu, 10 Oktober 2012

Cintaku Tak Seluas Daun Kelor

Di tengah malam yang temaram bak lentera berhias alur garis kehidupan penuh makna, rasa hati ingin membuka lembaran yang pernah ku tulis dengan tinta dan goresan makna cinta. Kenangan terindah ketika memadu cinta pada orang terkasih, meski kadang cinta itu ‘terlantar’ tanpa sang penggembala cinta.

Masa lalu cintaku yang penuh rona ‘merah’ yang menyala, menyulut setiap asa yang semakin membuncah tak terperi. Semakin luas aral melintang, maka asa tertantang untuk menerjal aral yang menghadang tanpa ampun.
Semasa SMA dulu rasa itu semakin mantap, hati ini ingin belajar sepenuhnya mencintai. Tanpa pamrih, siap dicintai, siap berkorban juga siap ditinggalkan. Andai bisa memilih saya hanya ingin mencintai, dicintai dan berkorban tanpa harus jadi korban dan ditinggalkan.

Entah ‘setan’ cinta apa yang merasuki hati ini, begitu mantap meski tahu ia tak sepenuhnya memperhatikanku. Suatu ketika kami sedang berjalan-jalan melepas penat di sore hari, ternyata ada orang ketiga dan membuatku terkejut bak disambar petir. Ia begitu akrab dengannya.

Mungkin rasa cinta ini yang membuat buta, sehingga orang yang mendekatinya saya anggap ia adalah pacarnya. Tapi saya kira itu adalah rasa yang wajar, kadang hati ini pun bingung seolah-olah ia mulai menggantungkanku tanpa status yang jelas. Siapa sih yang terima ketika cintanya diduakan atau bahkan ditinggalkan oleh sang gembalanya.

Hati memang tidak bisa dibohongi, nurani sejatinya murni jujur tanpa ada yang ditutupi. Hati ini akan tetap terus mencintai yang ia kasihi, meski tersayat seperih apapun. Sampai suatu ketika, saya coba untuk memancing dia menanyakan bagaimana perasaan dia terhadap hati yang gersang ini. Dan coba mengetahui siapa gerangan pujaan sejati hatinya.

Ia pernah bercerita kalau ia sedang menjalin kasih dengan perwira, remuk redam rasanya hati ini. Apa yang kutakutkan akhirnya terjadi, cintaku ditinggalkan sang penggembalanya. Tak bisa dibohongi asa ini telah meredup seolah sang mentari tak mau lagi menyinari. Hampa tak bermakna, bagai seekor merpati yang ditinggal mati pasangannya.

Namun aku harus bangkit, cintaku tak seluas daun kelor banyak pelabuhan yang siap untuk ditautkan dengan jangkar-jangkar cintaku.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Selasa, 09 Oktober 2012

Pesonamu Bak Mentari Hatiku

Pagi-pagi sekali saya berangkat ke sekolah, tak jauh memang sekolah SMP ku itu hanya sekitar 3 Km dari kampung. Maklum anak kampung alat transportasi jarang sekali, kalau tidak punya sepeda ya harus jalan kaki. Sedari kelas 1 hingga kelas 3 saya dan teman-teman lebih menikmati berjalan kaki daripada naik kendaraan, jangankan motor sepeda pun tidak ada. Selain sehat, jalan kaki juga akan melatih kesabar dan kesegaran pikiran kita.

Saya selalu bersemangat ke sekolah, setiap hari dilalui dengan kesenangan yang luar biasa. Belajar di kelas memang penuh tantangan, banyak teman teman yang pintar. Juga bisa berinteraksi dengan teman yang berbeda kampung dan lebih banyak daripada di SD dulu. Meski kami sering mengobrol dan berinteraksi, jarang sekali membicarakan ketertarikan atau berpacaran layaknya ABG sekarang. Paling hanya ejekan antar teman saja, kalau si fulan senang dan pacaran sama si fulan. Dan itupun tidak pernah terjadi pacaran atau bertemu kangen layaknya sepasang kekasih. Kalaupun ada yang suka dan kagum sama lawan jenisnya mereka hanya sekedar titip salam pada teman terdekatnya.

Saya biasanya tidak begitu memperhatikan atau peduli dengan teman perempuan, tapi entah kenapa pagi yang cerah itu saya terpesona dengan seorang gadis. Dia parasnya lembut, senyumnya manis dan sederhana. Kala itu hanya sepintas lalu melihat dia, tapi pesonanya membayangi setiap langkah dan hari-hari saya. Kami berpapasan pandang dan tertegun, saya sedang diluar kelas dan dia sedang duduk disamping jendela. Saya pendam rasa itu dan tidak pernah berani mengutarakan meski dalam bentuk surat sekalipun. Apalagi SMS layaknya anak sekarang, teknologi ponsel belum secanggih sekarang ini, jangankan menggunakan melihatnya pun tidak pernah.

Betapa senangnya hari-hari saya setelah melihat gadis berparas lembut tersebut, hati semakin penasaran dan Tanya ke teman-teman yang dekat dengannya. Betapa hati ini berbunga-bunga ternyata gadis itu adalah saudara teman dekatku, tak berlama-lama saya langsung mencari informasi padanya meski dengan malu-malu. Oh ternyata namanya adalah NURAENI, dari suku kata bahasa Arab yang artinya Cahaya Mata. Oh Sang Cahaya Mata pesonamu menerangi hatiku.

Hari demi hari saya lalui dengan begitu semangat, bahkan saya selalu berdoa agar diberikan kesehatan dan kekuatan untuk selalu datang ke sekolah. Cinta membuat hidup saya bergairah, kadang sayapun bingung apa ini yang dinamakan cinta. Karena jangankan untuk bertemu dengannya, berpapasan saja saya tidak sanggup karena malu. Paling kalau benar-benar hati ini tak sanggup meluapkan rasa rindu, ya hanya memandang dari jauh atau kirim salam lewat teman saya itu. Tak ayal dengan semangat itu saya berprestasi di kelas, saya sanggup menyaingi juara umum.

Ya Allah puji syukur atas semua karuniaMU, kau telah menganugerahkan indahnya rasa cinta yang tanpa ternoda. Wahai Sang Maha Pemilik Cahaya, Engkaulah Cahaya di atas Cahaya. Berkahi ia sang Cahaya Mata dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Berilah kesehatan dan pertemukan kami pada kesempatan yang indah di SisiMU. Amiin ya Robbal Alamiin.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Rabu, 03 Oktober 2012

Jadilah Pemenang Kini dan Nanti

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Segala Puji hanya milik Allah SWT, Yang telah Memenangkan setiap perkara atas KuasaNYA. Salam cinta yang terindah hanya tertuju pada pribadi yang indah, yang selalu akan jadi panutan dan pemenang fidunia wal akhirah Baginda Nabi SAW, serta keluarganya yang luhur dan sahabatnya yang agung, wa ba'du.

Sobat fillah, masa lalu dan masa yang sekarang ibarat dua sisi mata koin. Ketika kita mendirikan secara tegak kita bisa mengendalikan ke sisi mana mata koin itu akan jatuh. Maka tidak sedikit orang yang terjebak masa lalunya. Ketika masa lalu itu serasa indah maka tak ayal orang tersebut selalu ingin kembali pada masa lalunya itu, maka orang sering bernostalgia.

Tapi nostalgia yang terlalu berlebihan pun nampaknya akan berakibat kurang baik. Karena nostalgia yang berlebihan itu membuat anda tidak mau beranjak ke arah masa depan yang lebih baik. Jika Anda mengalami trauma pada masa lalu yang begitu membekas. Trauma ini lantas Anda gunakan sebagai 'kambing hitam' atas keterpurukan Anda saat ini. Anda terus terikat dengannya, meski itu menyakitkan. 

Bila Anda tak bisa lepas dari trauma, maka coba tanyakanlah hal ini pada diri Anda: "Berapa banyak luka lagi yang akan saya biarkan diderita oleh diri saya sendiri? Apakah trauma ini pantas menghancurkan seluruh sisa hidup saya? Siapa yang berkuasa disini, diri saya--ataukah trauma?" Perhatikanlah daun-daun yang mati dan berguguran dari pohon, ia sebenarnya memberikan hidup baru pada pohon. Bahkan sel-sel dalam tubuh kita pun selalu memperbaharui diri. 

Segala sesuatu di alam ini memberikan jalan kepada kehidupan yang baru dan membuang yang lama. Satu-satunya yang menghalangi kita untuk melangkah dari masa lalu adalah pikiran kita sendiri. Beban berat masa lalu, dibawa dari hari ke hari. Berubah menjadi ketakutan dan kecemasan, yang kemudian pada akhirnya akan menghancurkan hidup Anda sendiri.

Wahai temanku yang teguh hatinya, ingatlah hanya seorang pemenanglah yang bisa melihat potensi, sementara seorang pecundang sibuk mengingat masa lalu. Bila kita sibuk menghabiskan waktu dan energi kita memikirkan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan, maka kita tidak memiliki hari ini untuk disyukuri.

Saat kita merasa sedih dan putus asa, atau bahkan menderita, coba renungkan keadaan di sekitar kita. Barangkali masih banyak yang lebih parah dibandingkan kita? Tetaplah tegar dan percaya diri, berpikir positif dan optimis, berjuang terus, dan pantang mundur.

Sobat Hari ini adalah milik anda, dan anda lah yang akan memutuskan bagaimana kondisi esok. Jadilah pemenang saat ini dan selanjutnya, jangan pernah menjadi penghayal bahkan pecundang.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Selasa, 02 Oktober 2012

Bangkitlah Untuk Menang

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Alhamdulillah wa syukurillah ala fi ni'matillah , Allahummaj'alna lish sholihin. Engkau Maha Pemberi Karunia dan Keutamaan pada diri setiap Mahkluk tanpa cacat. HadirMU telah memudarkan setiap keluh kesah dan KeperkasaanMU telah Menyingkirkan para pecundang yang enggan meniti serta menyambut setiap seruanMU. Curahkanlah selawat serta salam teratas baginda Nabi SAW, para keluarga serta sahabatnya yang mulia hingga hari kiamat kelak.

Ketika kita terjatuh serta tersungkur pada titik nadir, maka banyak yang pasrah menyerah, bagi mereka dunia seakan telah kiamat. Tidak baik jika kita menutup-nutupi kelemahan dan kegagalan dengan banyak alasan. Terimalah, dan hadapilah kegagalan itu sebagai pengalaman dan pelajaran berharga, agar bisa jadi pedoman dan tuntunan untuk mencapai kemajuan dan keberhasilan yang lebih berarti di kemudian hari.

Dear my friends,

Kita tahu bahwa dunia ini selalu berputar. Adakalanya manusia ada di bawah, atau sebaliknya ada di atas. 
Ada banyak orang bertanya - tanya, bagaimana dengan kenyataan yang sering kita lihat begitu banyak orang-orang yang selalu di bawah?

Bukankah mereka juga tinggal di bumi yang sama dengan orang-orang yang mampu dan kuat berada di atas? Sering kita lihat orang-orang yang sudah di atas malah semakin ke atas.

Temanku, pandangan itu semua hanyalah ironi. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi pada mereka yang sudah ada di atas. Kebanyakan di antara kita melihat mereka yang di atas selalu dari 'materi' atau jabatan. Namun percayalah, setiap orang mengalami pasang surut. Belajarlah dari orang-orang yang sudah ada di atas, dan orang-orang yang berada di bawah. Jangan hanya melihat ke atas.  Banyak pelajaran yang bisa diambil dari keduanya, yang bisa engkau jadikan bekal tuk menjadi pribadi yang luhur bijaksana, sukses lahir dan batin.

Temanku, seseorang tergantung pada cara pandangnya. Bilamana cara orang yang pandangannya luhur dan perilakunya bijak. Maka cara pandangnya pun luhur dan bijaksana, begitupun sebaliknya.


Pepatah mengatakan:

"Kebesaran seseorang tidak terlihat ketika dia berdiri dan memberi perintah. Kebesaran seseorang akan terlihat ketika dia berdiri sama tinggi dengan orang lain, dan membantu orang lain untuk mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka untuk mencapai sukses" - Prof.G. Arthur Keough


Janganlah suka cari alasan untuk menutupi kegagalan. Sebaliknya, carilah terus 'cara' untuk menggapai keberhasilan. Jadilah pembelajar yang sejati. Pembelajar sejatinya akan terus belajar dan bangkit serta tidak mau dipusingkan oleh kegagalan di masa lalunya. Dia akan terus berusaha tidak terjebak dan terpuruk dalam kondisi yang sama. Bangkit dan terus bangkit menatap hari esok yang lebih baik.


Salam hangat kawan!!!

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner