Kamis, 13 Desember 2012

Senja Kelabu

Sabtu kemarin tidak biasanya anakku yang paling kecil terlihat murung, dia padahal yang paling ceria. Ketika diajak canda hanya sesekali senyum renyahnya tersungging, aah ternyata matanya bengkak kemerahan. “ Astagfirullah kenapa ya sayang digigit nyamuk atau kenapa? “ hati kecilku bertanya-tanya iba. 


Akhir pekan di rumah biasanya begitu ramai dengan gelak tawa si kecil, dia paling senang diajak canda dan ciluk baa sama tetehnya. Ketika dicek lebih teliti pada sekitar matanya, ternyata matanya terkena iritasi ringan kemerahan, ada kotoran berwarna kuning yang sering menghalangi pandangannya. Tapi yang membuat saya kagum dia tidak rewel, beda dengan teteh-tetehnya dulu yang lebih rewel ketika panas atau terkena iritasi mata.


Saya mengingat-ingat si dede pernah dibawa jalan kemana saja, padahal sedari kemarin dia hanya dibawa ke tempat si bibi yang biasa ngasuh. Jarak pengasuh anak kami tidak terlalu jauh, tepat di depan komplek kami dan jalannya pun tidak berdebu. Oh ya istri mengingatkan, si dede mungkin terkena debu ketika kami mengantarkan adik ke calon istrinya pada saat akad nikah hari rabu kemarinnya. Langsung saja tanpa pikir panjang saya mengajak istri untuk berobat ke klinik atau bidan terdekat.


Sore itu kami langsung membawa si dede di bidan anak terdekat, biasa si tetehnya yang kedua merengek-rengek ingin di ajak juga. Dan lebih repot lagi kalau tetehnya yang pertama mau ikut juga, biasanya dia minta jajan yang macam-macam untungnya sedang di rumah neneknya di Cinangka. Kondisinya cukup mendung saya agak risih membawa dua anak kecil dengan motor lagi, tepat pukul 5 sore kami berangkat “ Bismillahi tawakaltu Alallah “ semoga Allah melindungi kami dari mara bahaya yang tidak diinginkan.


“ Semuanya sudah siap?” tanyaku. Si teteh kecil menjawab cadil , “siap ayah”. Ku tancap gas perlahan, melihat kondisi awan yang mendung bulu kuduk merinding seolah hujan lebat mau turun. Alhamdulillah 10 menit kemudian sampai di bidan Danik, kebetulan jaraknya sekitar 1 kilometeran. Di sana juga si dede dilahirkan, tepatnya malam hari jam 22.20 selasa malam. Di sana ada 2 orang anak yang menganteri juga, “ ya allah mudah-mudahan si dede tidak kenapa-napa “ doaku dalam hati.


Dua puluh menit kemudian giliran si dede dipanggil, bu bidannya pun merasa iba melihat dedeku yang cantik itu matanya kemerahan dan merintih kesakitan. Setelah diperiksa ternyata benar dia hanya terkena iritasi ringan dan diberi obat salep saja. 


Setelah selesai berobat dan hendak pulang hujan turun dengan lebat, sekitar setengah jam kami tertahan ‘ Allahuma Shoyiban nafian’ semoga hujan ini bermanfaat ya Allah. Dan kami pun pulang ketika adzan berkumandang, menyusuri jalanan yang basah. 


Sesampainya dirumah langsung kami obati si dede, dan selang 15 menit kemudian mata merah itu berangsur hilang. Senja kelabu pun sirna diterpa gelak tawa si kecil, dia paling senang dicanda oleh tetehnya.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda, jika anda suka silahkan bagikan ke teman anda baik di FB, Twitter ataupun G+ dan media sosial lainnya.