Selasa, 07 Mei 2013

Fahkum Bidhawahir Saudaraku


Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamualaikum,

Saudaraku sobat sang fakir,

Marilah sebelum memulai aktifitas kita, berharap dan berserah diri padaNYA, mengecilkan diri , menghinakan diri, dan menundukkan diri serendah-rendahnya di hadiratNYA, karena Ia Maha Besar, Ia Maha Mulia serta hanya Ia Yang Maha Tinggi. Ia Maha Besar segala sesuatunya, Sifat yang tertinggi diantara semuanya, Ia Maha diatas segala yang dimahakan. Setiap denyut nadi kehidupan, helaan nafas, tiupan semilir angin, lintasan hati, bisikan halus lembut, dan segala perputaran roda kehidupan dunia ini semuanya bersatu padu, merangkai menjadi rantai yang kokoh yaitu Penghambaan . Hamba berarti ia butuh, ia butuh menyembah pada Dzat yang layak Disembah Ialah Allah SWT.

Bila dibandingkan dan ditimbang seluruh semesta Alam dengan satu kalimat Thoyyibah Laailaahailallaah, maka lebih berat timbangan kalimat mulia tersebut. Saudaraku di tengah malam penuh hikmah ini, Allah SWT Maha Sibuk mengendalikan setiap urat denyut nadi kehidupan hambaNYA, Ia Maha Mencintai, Ia Maha Memenuhi, Ia Maha Menunaikan, Ia Maha Melihat. Ia Mencintai Hambanya yang butuh dan berharap serta berserah padaNYA, Ia Maha Memenuhi setiap seruan dan ratapan hambaNYA, Ia Menunaikan janjiNYA, Menolong bagi yang menolongNYA, Memuliakan bagi yang memuliakanNYA. Setiap Risalah cintaNYA adalah wujud Pengewejantahan yang nyata atas HadirNYA, Ia Maha Berkehendak, Ia Maha Ingin Dikenal, kemudian Ia Maha Menciptakan, jadilah Ia Sang Khalik Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, adanya Khalik kemudian terciptalah Makhluk.

Fahkum Bidhawahir, dua kata yang menguntai satu kalimat yang jelas dengan arti harfiahnya " menghukumi ( menjatuhkan hukum, menilai, memberikan statemen )yang nampak secara dzahir ( nyata, nampak, jelas, terang, gamblang, valid ), yang berarti bisa terlihat secara kasat mata, tidak terhalang-halangi sedikit pun oleh tabir yang membelitnya. Saudaraku kata-kata itu terdengar dari ucapan guruku mulia, mengingat saat ini mereka yang mencari pembenaran sendiri dengan menjungkalkan hukumNYA membabi buta, serampangan, seolah mereka yang paling benar menghukumi siapa-siapa yang mencoba menunaikan syariatNYA.

Yang sering saya temui adalah 2 hal, Berkerudung, dan Shalat, lantas apa yang salah saudaraku ?

Kasus pertama : Berkerudung ( Hijab atau Jilbab )

Mungkin saudarkau pernah mendengar statemen ( pernyataan ) atau anda sendiri yang membuat statemen itu.

 " Buat apa berkerudung tapi suka berbohong atau munafik ". lantas diteruskan dengan pembenaran " Lebih baik mereka yang tidak munafik, jujur apa adanya meski gak berkerudung ".  atau
 " Buat apa berjilbab tapi bentuk tubuhnya kelihatan dan hanya mengikuti trend saja ", lantas dia menekankan kalau dia itu benar seraya berkata " Mendingan gak pake kerudung, tapi sopan dan sederhana apa adanya ".

Untuk sanggahan kasus pertama:

Saudaraku pasti tahu kan kalau berkerudung itu adalah jelas perintah Allah SWT sesuai yang tertera pada ayat Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 33 yang artinya  :

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dan Allah SWT juga berfirman di dalam surat Al-A’raf ayat 26 yang artinya  :

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat

Jelas sudah mereka yang melanggar ayat Allah SWT tapi menurut paham ahlus sunah wal Jamaah mereka tidak dihukumi kafir cukup dia itu berdosa besar karena tidak mengenakan hijab, sedangkan seseorang yang sudah mukmin tapi ketika berbohong atau terjebak dengan dosa yaitu munafik, maka akan tergugurkan dengan mereka meminta ampun. Dan mereka yang berupaya menuju ke arah kebenaran meski masih belum sempurna, maka akan diampuni olehNYA. Sedangkan mereka yang merasa benar, jujur tapi jelas-jelas melanggar perintah Allah SWT cenderung terjebak dengan opini mereka yaitu merasa sudah benar meski sebenarnya melanggar perintah Allah. Dan jelaslah Allah memperingatkan mereka dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 147 yang artinya  :

Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal kebaikan. Bukankah mereka tidak akan diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan?”.

Kasus kedua : Shalat

Statemen yang sering terdengar adalah " Buat apa mereka shalat kalau mereka sering berbuat culas, curang dan merugikan orang lain ", mereka mengajukan pembenaran seraya berkata " Lebih baik mereka yang tidak shalat tapi beramal sholeh, jujur, sering berderma, tidak peduli meski abangan yang penting banyak berbuat kebajikan itu sudah cukup ".

Itulah pernyataan dan pembenaran yang membahayakan, seolah-olah benar dan memang seperti mutlak benar adanya, tapi sebenarnya ia mengecoh dan menipu.  Rasulullah SAW menegaskan keutamaan shalat melalui sabdanya yang artinya :

“Pokok segala perkara itu adalah Al-Islam dan tonggak Islam itu adalah shalat, dan puncak Islam itu adalah jihad di jalan Allah.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih).

“Barangsiapa menjaga shalatnya maka shalat tersebut akan menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari Kiamat nanti. Dan barangsiapa tidak men-jaga shalatnya, maka dia tidak akan memiliki cahaya, tidak pula bukti serta tidak akan selamat. Kemudian pada hari Kiamat nanti dia akan (dikumpulkan) ber-sama-sama dengan Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay Ibnu Khalaf.” (HR. Ahmad, At-Thabrani dan Ibnu Hibban, hadits shahih)".
Sanggahan untuk kasus kedua

Mereka tidak sadar bahwa ternyata shalat adalah selain untuk menyembah, menghambakan diri, meminta, juga sebagai saran untuk bertobat padaNYA. Bukankah setiap saat kita berada dalam kemunafikan dan kefasikan ? untuk menghapus itu maka solusinya adalah shalat, lantas kalau mereka tidak shalat bagaimana amalan lainnya yang dianggap amal kebajikan nan sholeh itu ? Rasulullah SAW secara gamblang menguraikan dalam haditsnya yang berbunyi :

Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk maka seluruh amalnya pun akan buruk.” (H.r. Ath-Thabrani dalam Al-Mujamul Ausath, II:512, no. 1880 dari sahabat Anas bin Malik. Dinilai sahih oleh Syekh Al-Akbani daam kitabShahih Al-Jamu’ish Shaghir, no. 2573 dan Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, III:343, no. 1358)

Jadi mereka mereka yang menyatakan telah beramal baik dan sholeh ketika mengingkari shalat maka semuanya adalah nol besar. Dan Allah SWT secara tegas memperingatkan bagi mereka yang meninggalkan shalat.

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturut-kan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kerugian.” (Maryam: 59)

Jelaslah mereka benar-benar merugi meski sudah beramal sebesar gunung, dan sedalam lautan kalau tidak shalat tidak berarti apa-apa. 

“(Yang menghilangkan pembatas) antara seorang muslim dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)

Marilah saudaraku berhati-hatilah jangan terjebak pada statemen atau pernyataan atau pembenaran yang sebenarnya salah. Tetap lah berpegang teguh dengan tuntunanNYA, marilah kembali merapatkan barisan pada para Ulama, Kiyai,Ustadz, guru kita yang tabahur ( Luas dan dalam ) ilmu syariatnya, agar kita tidak terkecoh, tidak tertipu oleh tipu daya dan muslihat para musuh Allah SWT. Marilah mengaji pada para beliau di Majelis ta'lim, Pesantren, Majelis Istigosah, Majelis Dzikir dan Majelis-majelis ahlus Sunnah wal jamaah lainnya. Wallahu 'alam bish shawab "

Semoga saya, dan kalian serta keluarga selalu dinaungi oleh HidayahNYA, Amiiin.

Wassalamualaikum.


Afwan saudaraku, jika peduli dengan admin blog ini mohon dukungannya dengan mengklik like di page atau halaman kedua urutan ke 10 silahkan atas nama mustopa dengan cara login lewat FB atau twitter di Link berikut 


Kalau minta akses FB di OKe aja, nti daftar akun blogdetik ya. Terima kasih semoga Allah membalas kebajikan saudara sekalian.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda, jika anda suka silahkan bagikan ke teman anda baik di FB, Twitter ataupun G+ dan media sosial lainnya.