Rabu, 12 Desember 2012

Majelis Cinta

Sebagai seorang santeri kala itu saya rutin mengaji, jadwalnya setelah shalat isa dan shalat subuh. Ba’da shalat isa kajian tentang ilmu nahwu dan fikih, dasar-dasar ilmu agama yang harusnya dipelajari oleh setiap muslim yang sudah akil baligh ( yang sudah mencapai umur dewasa ).

Dengan ilmu nahwu seorang muslim tahu betul tata bahasa arab yang merupakan bahasa Al-qur’an dan hadits, jadi tidak setiap orang bisa menerjemahkan Quran dan sunah seenaknya. Harus sesuai aturan dan kaidah yang telah ditentukan. Fikih adalah ilmu yang mempelajari kegiatan seorang muslim sehari-hari yang sesuai dengan syariatNYA, jadi setiap muslim yang sudah mukallaf ( dewasa ) dan sudah dikenai kewajiban syariat harus tahu ilmu fikih ini.

Kajian tafsir qur’an kami lakukan pagi hari setelah shalat subuh dan sebelum berangkat kerja, maklum saya nyanteri, kuliah juga kerja. Setelah berjalan beberapa bulan saya sudah mulai beradaptasi dengan tempat yang baru itu, sebelumnya saya kuliah dan diajar oleh ustadz saya yang seorang dosen juga. Dan beliau tinggal di komplek perumahan, sehingga saya harus belajar agama ( nyanteri) di tempat beliau. 

Setelah beberapa bulan, ada seorang ustadzah pengajar TPA yang mau juga belajar kajian tafsir. Ternyata dia sebelumnya sudah belajar di sebuah pesantren, jadi ketika ada yang mengaji di dekat rumahnya ia ingin juga ikut mengaji. Dia menanyakan kepada saya apakah bisa ikut mengaji dengan saya, terutama pada kajian pagi hari setelah shalat subuh itu. Saya hanya bisa bilang kalau dia harus ijin dengan ustadz saya dulu apakah dia bisa ikut atau tidak.

Pada hari berikutnya, pagi-pagi setelah kami selesai shalat shubuh dan dzikir di mushola sekitar pukul 05.00 dia sudah menunggu di majelis itu. Tafsir awal di surat Al- Baqoroh, sungguh luas ilmu Allah SWT ternyata dalam satu ayat saja terkandung pesan yang sangat luhur. Sebenarnya saya tidak terbiasa mengaji dengan akhwat di samping saya, tak di sangka dia memang cepat meresap pelajaran bisa dibilang dia lebih pintar dari saya.

Hari-hari berlalu, kami pun berkenalan dan dia adalah gadis yang sederhana, sopan dan tidak mau terlalu dekat dengan yang bukan muhrimnya. Kami hanya sekilas bertemu pandang, entah kenapa hati ini mulai terpaut. Tidak bisa disangkal rasa itu semakin menyeruak ke relung jiwa, sehingga rasa itu berbuah cinta. Ya saya piker itu adalah cinta, cinta yang kagum akan kebaikan akhlak, dan ilmunya. Ia seakidah dan seiman, dan pikirku mungkin ia adalah sekufu ( cocok dan sesuai secara agama ) denganku.

Ternyata rasa itu tidak bertepuk sebelah tangan, hati kami saling berpaut di majelis tafsir itu, majelis cinta. Semoga cinta kami diRidhoiNYA hingga akhir hayat kami. Amiin ya robbal alamin. 

Di pojok kota seribu santeri.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda, jika anda suka silahkan bagikan ke teman anda baik di FB, Twitter ataupun G+ dan media sosial lainnya.