Senin, 15 Oktober 2012

Semangkuk Bubur Cinta

Di minggu pagi yang cerah, saya dan orang yang terkasih (sekarang istri) berjalan-jalan menyusuri kota serang yang lengang dan udara pun masih segar. Dulu masih belum ada swalayan dan kendaraan pun masih jarang sehingga udara belum kena polusi masih asri dan hijau berseri.
 Tak terasa 6 tahun lampau kami membina mahligai cinta yang indah semenjak perkenalan dengannya waktu itu. Pagi itu kami berhenti sejenak pada deretan warung penjual jajanan dan sarapan, ada bakwan, bubur ayam, ketoprak dan kupat tahu. Setelah menyusuri beberapa saat pilihan kami pada bubur ayam. Ternyata kekasih saya itu senang sekali dengan bubur, ya bubur ayam cirebon porsinya banyak sekali dan mangkuknya pun besar.
 Indahnya pagi itu dengan munculnya mentari menambah khidmat dalam sanubari memupuk rasa cinta. Kami bercengkrama membicarakan aktifitas masing-masing, ia seorang guru yang berakhlak mulia memakai jilbab. Ia jarang sekali bersalaman dan bersentuhan dengan yang bukan muhrimnya. Ya mungkin inilah jodoh saya pikirku, sambil menikmati bubur ayam yang hangat kuku itu otaku ngelantur kemana-mana.
 Maklumlah saya adalah pejuang cinta yang sering ditolak dan kandas di tengah jalan. Tersesat dalam gurun gersang penantian, menanti oase hijau yang subur penuh mata air cinta. Ia telah menyelesaikan D2 nya di sekolah Perguruan SD, kami saling bertukar pengalaman dan melepas penat karena seminggu beraktivitas. Kadang saya dengan rasa malu-malu menanyakan bagaimana kelanjutan kuliahnya. Dan menanyakan bagaimana hubungan asamaranya, saya paling tidak suka tedeng aling-aling apalagi menyangkut perasaan.
 Saya tidak mau terjadi kesalah pahaman, saya sudah serius ingin mengenal dan berhubungan jauh dengannya. Dia memang sudah dewasa, dari tutur katanya dan perilakunya. Dia tegas dan tidak suka basa-basi, nampaknya pagi itu mentari menyinari hatiku. Sambil menyantap sisa bubur yang ada, saya meyakinkan kalau saya serius ingin berhubungan lebih jauh dengannya.
 Dia pun tersenyum dan tersipu, dia bukan orang yang mudah mengungkapkan perasaannya. Tapi dengan isarat darinya yang tegas bahwa dia mau menerimaku apa adanya. Lalu dengan semangat dan cinta kuhabiskan bubur itu, ya semangkok bubur cinta. Dengan perantaraan itu cinta kami berpadu.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda, jika anda suka silahkan bagikan ke teman anda baik di FB, Twitter ataupun G+ dan media sosial lainnya.