Melihat hujan turun, teringat masa SMA dulu terutama ketika ‘apel’ di tempat orang yang pernah saya puja dan cinta. Haa terus apa hubungannya hujan ma apel dan cinta. Ini bukan kisah memori daun pisang, tetapi pengalaman pribadi yang pernah saya rasakan. Sebagai insan manusia biasa. Saya tidak terlepas dengan rasa cinta, entah hanya cinta monyet atau cinta sejati. Yang penting judulnya cinta.
Rasa cinta yang membuncah kala itu kadang membuat mata ini ‘buta’, bukan buta tidak melihat tapi buta dari etika yang kadang menentang nurani. Ketika teringat waktu itu sering tersenyum dan menertawakan ulah sendiri waktu itu.
Seperti anak muda yang sedang jatuh cinta yang kasmaran pada orang yang dicintainya, saya berkunjung ke rumahnya dengan alasan yang tepat silaturahmi. Saya waktu apel dengan sopan, artinya saya bertamu baik-baik ijin dengan kedua orang tuanya dan hanya sekedar melepas rindu ingin bertemu. Sejatinya para pecinta yang sering merindukan kekasihnya sehari tak bertemu hidup serasa hampa, hhaa lebay ya kata anak sekarang mah.
Saya ‘bertamu’ pada si pujaan hati selepas shalat isa, dan kebetulan waktu itu musim hujan telah tiba. Semakin berlama-lama bertamu semakin senang rasanya hati ini. Apalagi kalau hujan turun hati semakin girang, ternyata selain untuk menyuburkan tanaman ternyata hujan juga bisa menyuburkan benih-benih cinta. Tahu kenapa? Kalau hujan turun apalagi lebat hujannya, maka akan ada alasan untuk berlama-lama dengan sang kekasih . karena hujan saya tidak bisa pulang dengan cepat sebagaimana biasanya.
Ah tapi itu masa lalu, sekarang setiap hujan tiba saya mencoba mensyukuri nikmat Allah SWT yang tiada tara itu. “ Allahumma Shoyyiban nafi’an” Artinya, Ya Allah semoga Hujan Ini Membawa manfaat. Amiin.
Presentasi Pendidikan dan Ajaran Islam
View more presentations from Yodhia Antariksa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda, jika anda suka silahkan bagikan ke teman anda baik di FB, Twitter ataupun G+ dan media sosial lainnya.