Jumat, 10 Mei 2013

Obat Generik Berlogo Solusi Sehat Terbaik Untuk Indonesia



Tema : " SOSIALISASI OBAT GENERIK BERLOGO DI INDONESIA "

Ditulis oleh : Mustopa

Latar Belakang Masalah

Apa kabar saudaraku sehat sejahtera ? bagaimana kabar keluarga sehat semua ? mungkin itulah kata sapaan yang lumrah, umum dan sangat dianjurkan pada diri masyarakat kita dari generasi ke generasi. Kata sehat merupakan suatu kata yang bermakna sangat berharga, ia berarti terhindar dari berbagai jenis penyakit yang kasat mata maupun tidak, baik secara jasadiah ( badan ) maupun rohaniah ( ruhani ). Saya masih ingat sebuah kata mutiara yang sejak SD dulu diajarkan yang artinya “ Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat “ . Ya kesehatan jasmani seseorang menentukan kesejahteraannya juga, bagaimana sejahtera kalau dia tidak bisa bekerja karena tidak sehat, ataupun bagaimana mau bahagia meski kaya tapi tidak bisa menikmati kekayaannya karena tidak sehat. Bahkan banyak yang kekayaannya habis terkuras karena untuk mendapatkan kata sehat itu. Sebenarnya sehat atau tidaknya masyarakat tidak terlepas dari tingkat kesadaran dan pendidikan masyarakat itu sendiri keduanya tidak bisa dipisahkan.

Dilema Kesehatan di Masyarakat

Ada masyarakat yang ekonominya kelas menengah ke bawah, yang tingkat pendidikannya masih rendah sehingga mereka cenderung rendah penghasilan juga sehingga untuk mendapati konsumsi yang bergizi dan sehat nampaknya juga sulit. Itulah factor utama dari masalah kesehatan di masyarakat kita, saya sering melihat mereka yang tinggal di rumah kumuh cenderung tidak begitu memperhatikan kebersihan lingkungan, contoh di kampung yang belum ada sistem pengairan seperti sumur bor ataupun PDAM sehingga mereka harus mandi di sungai yang airnya kotor dan keruh, bercampur dengan sampah dan lain sebagainya. Kalau sungai jaman dulu lain cerita, airnya jernih tanpa limbah baik dari buangan pabrik maupun rumah tangga. Akhirnya mereka banyak yang menderita penyakit kulit, ada yang terkena tumor, batuk atau bahkan juga paru-paru basah dan tidak sedikit yang menderita kanker ataupun penyakit jantung.

Mandi di sungai_sumber. asmadie.blogdetik.com


Yang lainnya meskipun ada sebagian masyarakat yang kelas menengah keatas, yang meski tingkat pendidikan dan penghasilannya sudah tinggi masih belum ada tingkat kesadaran yang baik. Mereka sering tidak mengindahkan hidup sehat, gaya hidup yang glamor serba mewah kadang juga menimbulkan masalah. Mereka memakan makanan yang berlemak atau berkalesterol tinggi, minuman beralkohol tinggi, merokok dan memakan makanan tidak sehat lainnya ya meski itu dibilang lezat. Tetap saja mereka akhirnya menderita penyakit yang serius seperti tumor, kanker paru-paru, diabetes, jantung ataupun stroke.

Terkena serangan Jantung_sumber. fetybyanstec.wordpress.com

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia di atas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan serius menetap nomor satu di seluruh dunia.
   

Masalah pelayanan kesehatan pada Masyarakat

Mungkin dilemma di atas adalah yang umum dan sering ditemukan di masyarakat kita, saya ingin mengingatkan kembali pada anda bagaimana masyarakat kita berjuang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Saat ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan memadai merupakan sesuatu yang mewah, mahal dan sangat bergengsi. Kenapa demikian ? Orang yang tidak mempunyai uang atau dana tidak mendapatkan prioritas atau pelayanan yang memadai, dan itu sering terjadi di Rumah Sakit pemerintah.

Masih ingat seorang pasien wanita yang berhubungan dengan rumah Sakit berstandar Internasional  pada tahun 2008 itu ?  Ya wanita itu adalah Prita Mulyasari yang digugat ke pengadilan karena Prita mengirimkan Surat keluhan atas pelayanan rumah sakit itu ke surat pembaca detik.com. Isinya adalah tentang keluhan pelayanan Rumah sakit yang berstandar internasional tapi pelayanannya tidak sesuai bahkan cenderung merugikan pasien, bukan hanya rumah sakit yang berada di Serpong itu saja yang di singgung tapi juga rumah sakit yang bonafid yang ada di Jakarta. Kemudian surat itu menyebar luas bak air bah di  internet, kemudian hujatan dari para pembacanya pun berhamburan. Dari situ pihak rumah sakit itu pun seperti kebakaran jenggot dan menggugat prita ke pengadilan dan pada akhirnya prita dimenangkan.

Prita Mulyasari_sumber. google.co.id

Dan yang terbaru terjadi tahun 2013 adalah Kasus Ana ( 14 ) yang meninggal setelah ditolak oleh 4 rumah sakit, padahal Ana Mudrika adalah peserta KJS ( Kartu Jakarta Sehat ) yang memungkinkan dia bisa berobat dimanapun dengan pelayanan terbaik. Ke empat rumah sakit itu menolak Ana yang menderita penyakit paru-paru dengan alasan tidak memiliki fasilitas yang memadai dan tidak bisa menangani kasus atau penyakit yang diderita oleh Ana Mudrika itu.

Dan kejadian yang serupa di atas lebih banyak terjadi pada pasien yang golongan menengah ke bawah, dan atau orang yang kurang secara  ekonomi. Sehingga ada ungkapan kalau orang miskin tidak boleh sakit, istilah itu memang ada benarnya karena yang terjadi di lapangan banyaknya pasien yang tidak mampu tidak mendapat pelayanan yang layak.
Selain pelayanan kesehatan yang semakin susah atau tidak memadai bagi masyarakat, yang tidak kalah pentingnya adalah harga obat-obatan di negeri kita tercinta ini masih tergolong mahal.  Menurut yang diberitakan www. Jabar.tribunnews.com ( 19/03/2013), Harga obat di Indonesia sepuluh kali lipat harga di India. Ini menjadi persoalan ketika persoalan kesehatan masih menjadi permasalahan luas di masyarakat.

"Bisa mahal seperti itu karena 80 persen material obat masih diimpor. Setelah 68 tahun merdeka, ternyata kita masih banyak impor material obat," kata Ascobat Gani dari Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan FKM Universitas Indonesia dalam rapat koordinasi tentang pembahasan temuan pemeriksaan Jamkesmas di Jakarta.


Upaya Pemerintah memperbaiki bidang kesehatan

Kasus-kasus di atas itu bisa terjadi pada masyarakat dari golongan apapun, kapanpun dan dimanapun serta menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk semakin memperbaiki bidang Kesehatan, baik secara pelayanan, fasilitas , tenaga medis, maupun obat-obatannya.

Dalam hal pelayanan , Fasilitas dan tenaga medis kesehatan

Menurut undang-undang tentang kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1 menyebutkan “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan” ,
Ayat 2 “Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.”
Dan Ayat yang berbunyi  3 “Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.”
Sebenarnya untuk pelayanan kesehatan dari pemerintah untuk masyarakatnya sudah banyak dan beragam, diantaranya Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan masyarakat ), Askes ( Asuransi kesehatan untuk PNS ) dan yang terbaru dan fenomenal adalah KJS ( Kartu Jakarta Sehat ) nya Gubernur terpilih yang baru Jokowi. Semua jaminan kesehatan itu adalah bentuk upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi warganya.

Jamkesmas_sumber.sekdessuntalangu.wordpress.com
Askes_dokumen pribadi

Jaminan yang saat ini dianggap baik adalah KJS nya Jokowi yang dengan satu kartu itu, ya mantan walikota Solo itu menjamin bahwa pemegang kartu sakti tersebut akan mendapatkan pelayanan terbaik pada setiap instansi kesehatan di Jakarta. Dengan kartu tersebut pasien wajib mendapatkan pelayanan yang prioritas tanpa memandang posisi status social, baik kaya bahkan pejabat sekalipun semuanya rata mendapat pelayanan yang sama. Dengan kartu itu seorang pasien tidak lagi akan dipusingkan dengan administrasi, fasilitas, tenaga medis bahkan obat yang akan didapatkan. Karena adanya layanan satu atap pada kartu tersebut, jadi si pasien tidak akan merasa dipermainkan lagi dengan yang namanya birokrasi.

KJSnya Jokowi_sumber. lensaindonesia.com

Namun dalam pelaksanaan di lapangan masih banyak yang harus dibenahi agar tidak terjadi seperti kasus yang di atas tadi. Karena masih ada beberapa instansi terkait yang tidak mau menerima peserta pemegang kartu tersebut dengan alasan kurangnya fasilitas dan tenaga medis yang memadai juga obat-obatan yang sudah mulai berkurang. Pemerintah secara tegas akan menindak apabila ada instansi yang tidak memberikan pelayanan terbaiknya bisa berupa tenaga medis, Fasilitas dan juga obat-obatan.

Memberikan obat yang berkualitas dan terjangkau sebagai solusi terbaik

Pandangan masyarakat kita bahwa berobat ke Rumah sakit itu mahal masih tersemat bahkan sudah terlanjur mendalam di benak pikiran mereka. Dan pemahaman tentang obat-obatan pun masih sangat kurang, mereka beranggapan kalau obat paten itu lebih baik dan bisa lebih ampuh daripada obat yang murah yang merupakan program pemerintah. Sebenarnya pemerintah sudah berupaya memberikan solusi terbaik berupa pemberian obat murah dan berkualitas yaitu Obat Generik. Tinggal sosialisasinya yang harus maksimal.

Sosialisasi Obat Generik Berlogo di Indonesia

Sebenarnya anggapan kalau Obat bermerek atau paten itu lebih baik daripada obat Generik berlogo bukan hanya dari masyarakat saja tetapi dari tenaga medis yang bersangkutan yang seharusnya lebih paham dan menganjurkan untuk menggunakan Obat murah berkualitas itu. Masih banyak dari masyarakat kita yang menganggap semakin mahal obat maka semakin ampuh atau mujarab tersebut, sehingga mereka lebih memilih untuk menggunakan obat paten bermerek yang lebih mahal daripada obat murah yang dianggap kurang berkhasiat.

Berbeda dengan penduduk negeri paman sam ( Amerika serikat ) yang benar-benar sudah paham dengan kesehatan terutama obat-obatan, karena mereka mengetahui khasiat dan kandungan Obat generic sama dengan obat bermerek/paten maka ketika berobat mereka lebih memilih obat generic yang terjangkau dan khasiatnya juga bagus. Dan tidak hanya para pasien atau masyarakatnya saja yang paham terhadap penggunaan obat Generik , instansi berupa rumah sakit, Klinik, Apotik dan juga tenaga medis seperti Dokter, Suster ataupun bidan sekalipun mereka sudah benar-benar menganjurkan penggunaan obat generic pada pasiennya.

Di negeri kita tercinta ini masyarakatnya kurang begitu paham tentang obat-obatan, baik secara pengertian obat itu sendiri, zat yang dikandungnya, dan juga khasiatnya. Maka perlu upaya lebih dalam mensosialisaikan obat Generik Berlogo yang berkualitas dan terjangkau tersebut, bisa berupa Iklan, di Televisi, Spanduk di Jalanan, di surat kabar harian, Majalah, media social, dan juga sosialisasi online di Blog seperti yang penulis lakukan ini.

Penulis mengetengahkan tulisan ini dalam rangka  “ Sosialisasi Obat Generik Berlogo di Indonesia “. Masih ingat  Iklan di TV beberapa tahun lalu tentang percakapan dokter dan pasiennya ini ?
Dokter : “Saya kasih obat generik, ya?”

Pasien : “Jangan, dok. Saya minta obat bermerek, supaya cepat sembuh. Memakai obat generik, kapan sembuhnya?”
Anda mungkin tidak begitu banyak tahu tentang Obat generic, begitupun saya meski setiap berobat memakai obat Generik Berlogo tersebut, karena saya adalah seorang suami PNS yang jaminan kesehatannya dengan ASKES ( Asuransi Kesehatan ) dan sebagian besar obatnya adalah Obat Generik berlogo.

 Di sini kita akan bahas detail tentang Obat Generik Berlogo diantaranya :
  1. Sebenarnya apa sih itu OGB ?
  2. Mengapa harus OGB ?
  3. Bagaimana Kandungan zat aktifnya atau Mutunya ?
  4. Apakah khasiatnya juga sama dengan obat paten ?
  5. Apakah OGB harganya terjangkau, kenapa ?
  6. Dimana saja pasien bisa mendapatkan OGB, lengkapkah OGB ?
  7. Sebenarnya sasaran Sosialisasi OGB ini selain Pasien siapa saja Sih ?

Mari kita simak satu persatu penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan di atas, agar lebih jelas tentang Obat Generik Berlogo.

1.       Apa sih itu OGB ?

Menurut Wikipedia Indonesia Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Jadi kalau obat paten itu adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa hak paten yang tergantung dari jenis obatnya. Menurut UU No. 14 Tahun 2001 masa berlaku hak paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud. Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik hak paten.

Nah jika masa patennya habis maka obat itu bisa disebut obat generic yang bisa diproduksi oleh pihak mana saja, diantaranya ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo
.
        a.       Obat generic bermerek yaitu yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif amoxicillin misalnya, oleh pabrik ”A” diberi merek ”inemicillin”, sedangkan pabrik ”B” memberi nama ”gatoticilin” dan seterusnya, sesuai keinginan pabrik obat. Dari berbagai merek tersebut, bahannya sama: amoxicillin.
        b.      Obat Generik berlogo yaitu obat  yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat jadi yang menggunakan nama zat berkhasiatnya (nama generik) yang diedarkan dengan  mencantumkan logo khusus untuk penandaanya pada kemasan obat (Depkes RI, 1996) dan merupakan obat yang telah habis masa patennya (off patent), sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. 

Obat Generik dalam kemasan obat dapat dikenali dengan logo lingkaran hijau bergaris- garis putih dengan tulisan "Generik" di bagian tengah lingkaran. Logo tersebut menunjukan bahwa OGB telah lulus uji kualitas, khasiat dan keamanan sedangkan garis-garis putih menunjukkan OGB dapat digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat.
Logo OGB_google.co.id



2.       Mengapa harus OGB ?

OGB merupakan program Pemerintah pada era tahun 1989 yang diluncurkan oleh pemerintah melalui SK Menkes No 085/Menkes/Per/1989 dengan tujuan :

1.    Memeratakan Pelayanan Kesehatan dengan memberikan alternatif obat bagi masyarakat dengan kualitas terjamin, harga terjangkau dan ketersediaan obat yang cukup sehingga masyarakat mudah mendapatkan OGB. Karena pada saat itu dirasakan  sangat tinggi  sehingga obat sulit dijangkau oleh masyarakat banyak. 

2.    Selanjutnya, pada Tahun 1991 OGB diluncurkan untuk memenuhi kebutuhan obat masyarakat menengah ke bawah dengan mengacu kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) untuk penyakit tertentu. (Kebijakan Obat Nasional, 2005).

Awalnya, OGB diproduksi hanya oleh beberapa industri farmasi BUMN di mana produk OGB ini diproduksi untuk memenuhi kebutuhan obat institusi kesehatan pemerintah dan kemudian berkembang ke sektor swasta karena adanya permintaan dari masyarakat.

3.       Bagaimana Kandungan zat aktifnya atau Mutunya ?

Dari sisi zat aktifnya (komponen utama obat) , antara obat generik (baik berlogo maupun bermerek dagang), persis sama dengan obat paten. Standar Mutu OBG memenuhi syarat dan layak dikonsumsi oleh pasien, karena Fasilitas produksinya sudah sesuai dengan Cara pembuatan obat yang baik dari BPOM ( Badan Pengawas Obat dan makanan) dan memiliki ISO 9001:2000 . Serta Bahan baku juga standar dari Amerika serikat juga Eropa, sudah diuji banding biovailabilitas dan bioekuvalensi dengan obat paten, dan memberikan hasil yang sama, sehingga kualitasnya sama dengan Obat Paten. BPOM telah mengeluarkan peraturan tentang obat generik yang menyatakan bahwa obat resep (ethical) dikenakan kewajiban untuk melakukan uji BA/BE. UJi tersebut akan menjadi prasyarat registrasi obat yang telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala BPOM-RI. Uji BA/BE diperlukan untuk menjamin keamanan dan mutu obat generik. Dengan demikian, masyarakat, terutama klinisi, mendapat jaminan obat yang sesuai dengan standar efikasi, keamanan, dan mutu yang dibutuhkan.

Jadi anda tidak harus ragu tentang kualitas dari Obat Generik berlogo ini karena baik dari segi Cara produksinya maupun bahan bakunya sudah berstandar internasional yang tidak kalah baiknya dengan obat paten.

4.       Apakah khasiatnya juga sama dengan obat paten ?

Zat berkhasiat yang terkandung dalam obat generik berlogo (OGB) dan obat paten /bermerek sama. Misalnya kita minum obat generik Amoxycilin 500mg, maka obat tersebut akan sama khasiatnya dengan obat bermerek "Amx (bukan merk sebenarnya)" produksi farmasi X, yang harganya bisa mencapai 5 kali lipat dari harga obat generik. Jadi dengan kandungan yang sama, mutu dari bahan baku yang sama, serta standar fasilitas dan cara produksi yang sama memungkinkan OGB khasiatnya tidak kalah paten dengan obat paten.

OGB_googel.co.id
5.       Apakah OGB harganya terjangkau , kenapa ?

Ya jelas terjangkau alias murah meriah, kenapa begitu ? Ada beberapa alasan kenapa obat ini bisa murah, diantaranya :
     1.       Masa patennya sudah habis, jadi tidak diperlukan lagi penelitian tentang obat itu yang menelan biaya yang cukup besar.
     2.       Obat ini diproduksi secara besar-besaran alias masproduction ( produksi missal ), sehingga secara biaya produksi bisa ditekan seefisien mungkin.
     3.       Produsen obat itu tidak harus mengiklankan besar-besaran, juga karena kemasannya sederhana maka harganya relative terjangkau.
     4.       Dan yang jelas harganya dikontrol oleh Pemerintah, jadi para pembuat atau pemasok dan pemasar tidak bisa menentukan harga seenaknya, harus mengikuti standar harga dari pemerintah.

Produksi Massal Obat_health.kompas.com

6.       Dimana saja pasien bisa mendapatkan OGB, Lengkapkah OGB ?

Pasien berhak mendapatkan OGB seperti yang tertuang pada Permenkes HK 02.02/Menkes/068/1/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Dan juga HK. 02.02/Menkes/068/I/2010 pada pasal tujuh yang menyebutkan bahwa apoteker dapat mengganti obat merek dagang/paten dengan obat generik yang sama komponen aktifnya dengan persetujuan dokter dan atau pasien. Serta bagi peserta Jamkesmas sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, mengatakan dalam upaya mewujudkan standardisasi dan efisiensi pelayanan obat dalam program Jamkesmas, maka seluruh fasilitas kesehatan terutama rumah sakit diwajibkan mengacu pada formularium obat Jamkesmas , di mana obat-obatan dalam formularium ini sebagian besar obat generic.

Jelas OGB itu lengkap, untuk berbagai penyakit, takaran yang sesuai dan utuh juga kemasan yang baik. Jadi ketika anda berobat ke Rumah sakit ataupun klinik jangan malu-malu untuk minta resep obat Generik, dan ketika beli di Apotik tidak usah sungkan untuk membeli Obat Generik.

APotik_google.co.id


7.       Sebenarnya sasaran Sosialisasi OGB ini selain Pasien siapa saja Sih ?

Selain pasien sebagai pengguna langsung yang harus tahu persis tentang sosialisasi ini adalah Semua lapisan masyarakat baik kelas menengah maupun kelas menengah keatas, para ahli di bidang kesehatan yang mempengaruhi para tenaga medis seperti para dokter, apoteker dan para pelayan kesehatan yang aktif di lembaga kesehatan. Serta yang paling berpengaruh adalah kelompok yang membuat kebijakan tentang pelayanan kesehatan, merekalah yang harus benar-benar mengerti agar semua kebijakan dan program ini berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Tenaga Medis, Ahli dan Dokter_google.co.id

Nah apakah anda masih ragu pakai OGB ? Kalau ada OGB kenapa harus yang lain. Ingin sehat tapi hemat ya pakai OGB. Mengingat kondisi ekonomi yang mungkin sulit bagi kelas menengah ke bawah, Obat Generik Berlogo adalah pilihan terbaik. Itulah mungkin yang bisa penulis hadirkan bagi para pembaca, setelah membaca artikel ini silahkan bagikan pada orang yang anda sayangi dengan menyebarkannya ke media social seperti Facebook, Twitter, Google Plus, Mindtlak atau media lainnya. Agar mereka semakin tahu tentang Obat Generik Berlogo yang masih dipandang sebelah mata itu, semoga dengan adanya artikel ini saya, anda dan semua warga Indonesia semakin sadar akan pentingnya penggunaan Obat Berkualitas tetapi terjangkau seperti OGB ini.


OGB_google.co.id


Sumber inspirasi tulisan :  Dari Berbagai Sumber
Sumber Gambar : Dari Search di Google, detail di Gambarnya masing-masing.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

5 komentar:

  1. Balasan
    1. ya gan saya ikutan juga tuh lomba, moga ente menang ya. salam kompetisi.

      Hapus
  2. Dear Bloger, apakah srtikel di atas di ikut sertakan dalam lomba "Lomba Karya Tulis OGB (Bloger)"?
    Jika iya, apakah Bloger sudah register di web www.dexa-medica.com?
    Jika belum yuk ikut lomba tersebut. Kami Tunggu ya ke ikut sertaan para Bloger Indonesia.

    BalasHapus
  3. Saya juga ikutan di sini :-)
    http://inayah16.wordpress.com/2013/05/31/obat-generik-berlogo-ogb-kenapa-tidak/

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar anda, jika anda suka silahkan bagikan ke teman anda baik di FB, Twitter ataupun G+ dan media sosial lainnya.