Sabtu, 14 April 2012

Kuil Cinta


Kuil Cinta


Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum Wr.Wb

Para Sahabat radhiyallahu’anhum dan para pengikutnya, dan para Shalihin dan Muqarrabien, mereka menginginkan kebersamaan selalu dengan mausia yang paling dekat kepada Allah, yaitu Sayyidina Muhammad saw. Mengapa? Karena mereka merasakan kelezatan saat mereka bersama Nabi Muhammad saw. Mereka merasakan puncak kekhusyuan saat mereka bersama Nabi Muhammad saw dan mereka tidak merasakan kelezatan hidup melebihi saat-saat mereka bersama Rasulullah saw.
Oleh sebab itu sering kita dengar riwayat semacam Sayyidina Tsauban ra yang merasa tidak lagi menginginkan keni’matan surga, tetapi yang diinginkannya adalah bersama Sang Nabi. Hal semacam ini disebabkan mereka merasakan kelezatan saat mereka bersama Nabi Muhammad saw. Kelezatan apa? Tentunya kelezatan berupa dekat kepada Allah, kelezatan khusyu, kelezatan tuma’ninah, ketika mereka memandang wajah Sang Nabi dan ketika mereka bersama Nabi Muhammad saw. Sebagaimana dijelaskan didalam Majmu’ Zawaid dan Musnad Imam Ahmad berkata Sayyidina Abu Hurairah “Yaa Rasulullah idza ra’aynaka raqqat quluubina! (Wahai Rasulullah, ketika kami melihat wajahmu, hati kami terangkat pada puncak kekhusyuan)”
Banyak diantara kita memandang benda, memandang gunung, memandang laut, maka terangkat (muncul) tuma’ninah dan khusyu dalam jiwa, semakin ingat kepada Allah. Apalagi bila memandang Nabi Muhammad saw yang menjadi lambang rahmat Ilahi.
Datanglah seseorang bertanya kepada Sang Nabi “Yaa Rasulullah, kapan datangnya hari kiamat?” Siapa orang ini? Al-Imam Ibn Hajar Asqalani didalam kitabnya Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan orang yang bertanya ini orang yang membuang air kecil di Masjid Nabawi. Orang yang boleh dikatakan sangat kurang ajar dan minim pemahamannya dan juga imannya, dia bertanya “kapan hari kiamat?” Rasul menjawab dengan pertanyaan “Bukan kapan yang mestinya kau ketahui, tetapi apa yang kau siapkan? Jangan bicarakan kapan hari kiamat karena yang diperlukan adalah persiapanmu, apa yang kau persiapkan?” Ia berkata “La syai..! Tidak ada apa-apa yang kusiapkan,” maksudnya ia beramal hal yang fardhu dan memperbanyak hal yang sunnah semampunya tapi tidak punya satu amal yang ia andalkan, “terkecuali Mahabbatullah wa Rasul.” Yang dia andalkan adalah cinta kepada Allah dan RasulNya Muhammad saw, ini yang menjadi andalannya yang lain tidak diandalkan walaupun dia beramal. “La syai” disini bukan berarti tidak beramal, beramal tetapi dia tidak mengandalkannya. Yang ia andalkan cintanya kepada Allah dan Rasul, maka Rasul menjawab “Engkau bersama dengan orang yang engkau cintai.” Diqabul cintanya kepada Allah dan Rasul, diijabah langsung oleh Rasul saw. Barangkali kalau amalan lainnya belum tentu diijabah oleh Allah, tetapi cinta kepada Sang Nabi langsung dijawab oleh Rasul “Anta ma’a man ahbabta!” Engkau bersama dengan orang yang kau cintai.
Cinta adalah kiblatnya jiwa. Jiwa itu mengarah kepada orang atau siapapun yang ia cintai. Walaupun ia menghadap kiblat, tetapi jiwanya akan mengarah kepada yang ia cintai. Walaupun ia bersujud kepada Allah jiwanya akan bersama dengan orang yang ia cintai. Beruntung orang-orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Berkata Sayyidina Anas ibn Malik ra, “Kami tidak pernah gembira dalam suatu kegembiraan selain mendengar kabar: ‘Kau akan bersama dengan orang yang kau cintai.’ Kabar inilah yang sangat menggembirakan kami, janji dari Sang Nabi.” Dan Sayyidina Anas berkata, “Dan aku mencintai Rasulullah, aku mencintai Nabi Muhammad saw, Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap akan bersama mereka walaupun aku tidak mampu beramal sedahsyat amal mereka.” Ucapan Anas Ibn Malik yang dicantumkan di dalam Shahih Bukhari ini diakui tentunya dan dibenarkan oleh seluruh Muhaddits dan ulama Ahlussunnah wal Jamaah bahwa kecintaan kepada seseorang akan mengantarkannya bersama yang dia cintai kelak di Yaumil Qiyamah. Hadits ini merujuk pada satu makna : Beruntung mereka yang mencintai Nabi Muhammad saw, beruntung dengan keberuntungan dunia dan akhirat bagi mereka yang mencintai Sayyidina Muhammad saw, yang mencintai Rasulullah saw. Sungguh mereka akan bersama Sang Nabi. Begitu pula yang mencintai para shalihin, mereka akan bersama dengan orang yang mereka cintai.
Lihatlah arah jiwamu! Palingkan kepada makhluk yang dicintai Allah! Kepada shalihin, kepada syuhada, terutama Nabi mulia yang paling dicintai Allah, Nabiyuna Muhammad saw.


Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda, jika anda suka silahkan bagikan ke teman anda baik di FB, Twitter ataupun G+ dan media sosial lainnya.