Kamis, 13 Desember 2012

Kebaikan dan Keburukan Seorang Hamba di Hadapan Tuhannya


Assalamualaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahiihm,

Alhamdulillahi Robbil Alamiin, wa bihi nasta'inu Ala umurid dunya wad Din, Amma ba'du. How are you brothers and sisters? May Allah Bless you all, Amiin. Kita bagaikan rantai yang kokoh tidak boleh dan memang seharusnya tidak bisa terlepas, selagi akidah dan iman kita sama. Landasan itu tidak bisa dianggap remeh dan tidak bisa dianggap main-main. Aqidah ibaratnya wadah atau pondasi, kalau wadah itu bocor atau pecah maka tidak akan bisa menampung sesuatu atau jika pondasinya keropos maka bangunannya akan runtuh ambruk tak berbekas.

Sobat, saya juga masih ingin belajar banyak tentang akidah dan mengaplikasikannya dalam kehidupan ini. Betapa banyak cobaan dan godaan yang menerpa hidup kita, bagai badai dan topan tak henti-hentinya menerjang bahtera. Jika bahtera itu rapuh sirnalah ia beserta isinya, lain halnya dengan bahtera Nabi Nuh AS yang begitu kokoh karena arsiteknya mendapatkan bimbingan dari Sang Maha Mengetahui. Bahtera itu kokoh tidak retak sedikitpun meski diterjang badai yang maha dahsyat di kala itu. Tapi ingat sobat seberat apapun hal ihwal yang menimpa diri kita dan keluarga kita jangan sampai berburuk sangka pada Allah SWT, kita harus tetap berhusnudzon padaNYA karena Ia yang Maha Mengetahui tentang diri kita.

Saya hendak mengutip sebuah hadits dari kitab Muhtar Ahadits No 59 yang artinya : Ketika Allah Menghendaki kebaikan pada seorang hamba, Maka Allah akan menyegerakan hisab/siksaNYA di dunia, tetapi kalau Allah Menghendaki keburukan padanya maka Allah akan menunda siksaNYA hingga hari kiamat.

Arti dari hadits di atas tersebut merupakan hasil dari kajian bersama ustadz saya setiap malam sabtu. Jadi kalau kita sering mendapati ujian bisa ringan, menengah, berat bahkan super berat itu adalah bentuk Kasih sayang Allah pada kita. Allah sedang menguji kita sejauh mana tingkat keimanan, ketaatan dan tentunya kesetiaan dan rasa cinta kita pada Allah SWT.Dan yang jelas Allah SWT tidak akan menguji hambaNYA melampaui batas kemampuannya.

Jadi kalau kita mendapat banyak cobaan baik berupa bala ( hal yang tidak menyenangkan ) kita harus tetap tabah ( Tawakkal ) dan berbaik sangka padaNYA kalau cobaan itu berupa hal yang memberatkan bisa jadi itu adalah hisab atau balasan terhadap amal perbuatan yang telah kita lakukan. Dan itu adalah bukit kalau Allah SWT Menghendaki kebaikan pada diri kita.

Dan jika kita lebih banyak mendapat fadhal, nikmat Allah yang berupa kesenangan kita harus bersyukur juga harus waspada dan ingat pada  nikmat Allah itu. Kita meminta padaNYA dengan nikmat itu sebagai sarana ibadah padaNYA bukan jalan atau cara Allah untuk Menghendaki keburukan pada diri kita.

Demikian sobat fakir semoga Allah SWT selalu memberikan HidayahNYA pada diri kita, keluarga dan orang yang kita kasihi. Semoga Allah memanjangkan umur kita dan kita bisa bersua di bahasan selanjutnya.

Wassalamualaikum.


Sang Fakir

Note : referensi kitab Muhtar Ahadits no. 59 dan Kajian Rutin Majelis Al-Bayan Ustadz Fatoni, Serang-Banten

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Senja Kelabu

Sabtu kemarin tidak biasanya anakku yang paling kecil terlihat murung, dia padahal yang paling ceria. Ketika diajak canda hanya sesekali senyum renyahnya tersungging, aah ternyata matanya bengkak kemerahan. “ Astagfirullah kenapa ya sayang digigit nyamuk atau kenapa? “ hati kecilku bertanya-tanya iba. 


Akhir pekan di rumah biasanya begitu ramai dengan gelak tawa si kecil, dia paling senang diajak canda dan ciluk baa sama tetehnya. Ketika dicek lebih teliti pada sekitar matanya, ternyata matanya terkena iritasi ringan kemerahan, ada kotoran berwarna kuning yang sering menghalangi pandangannya. Tapi yang membuat saya kagum dia tidak rewel, beda dengan teteh-tetehnya dulu yang lebih rewel ketika panas atau terkena iritasi mata.


Saya mengingat-ingat si dede pernah dibawa jalan kemana saja, padahal sedari kemarin dia hanya dibawa ke tempat si bibi yang biasa ngasuh. Jarak pengasuh anak kami tidak terlalu jauh, tepat di depan komplek kami dan jalannya pun tidak berdebu. Oh ya istri mengingatkan, si dede mungkin terkena debu ketika kami mengantarkan adik ke calon istrinya pada saat akad nikah hari rabu kemarinnya. Langsung saja tanpa pikir panjang saya mengajak istri untuk berobat ke klinik atau bidan terdekat.


Sore itu kami langsung membawa si dede di bidan anak terdekat, biasa si tetehnya yang kedua merengek-rengek ingin di ajak juga. Dan lebih repot lagi kalau tetehnya yang pertama mau ikut juga, biasanya dia minta jajan yang macam-macam untungnya sedang di rumah neneknya di Cinangka. Kondisinya cukup mendung saya agak risih membawa dua anak kecil dengan motor lagi, tepat pukul 5 sore kami berangkat “ Bismillahi tawakaltu Alallah “ semoga Allah melindungi kami dari mara bahaya yang tidak diinginkan.


“ Semuanya sudah siap?” tanyaku. Si teteh kecil menjawab cadil , “siap ayah”. Ku tancap gas perlahan, melihat kondisi awan yang mendung bulu kuduk merinding seolah hujan lebat mau turun. Alhamdulillah 10 menit kemudian sampai di bidan Danik, kebetulan jaraknya sekitar 1 kilometeran. Di sana juga si dede dilahirkan, tepatnya malam hari jam 22.20 selasa malam. Di sana ada 2 orang anak yang menganteri juga, “ ya allah mudah-mudahan si dede tidak kenapa-napa “ doaku dalam hati.


Dua puluh menit kemudian giliran si dede dipanggil, bu bidannya pun merasa iba melihat dedeku yang cantik itu matanya kemerahan dan merintih kesakitan. Setelah diperiksa ternyata benar dia hanya terkena iritasi ringan dan diberi obat salep saja. 


Setelah selesai berobat dan hendak pulang hujan turun dengan lebat, sekitar setengah jam kami tertahan ‘ Allahuma Shoyiban nafian’ semoga hujan ini bermanfaat ya Allah. Dan kami pun pulang ketika adzan berkumandang, menyusuri jalanan yang basah. 


Sesampainya dirumah langsung kami obati si dede, dan selang 15 menit kemudian mata merah itu berangsur hilang. Senja kelabu pun sirna diterpa gelak tawa si kecil, dia paling senang dicanda oleh tetehnya.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Rabu, 12 Desember 2012

Majelis Cinta

Sebagai seorang santeri kala itu saya rutin mengaji, jadwalnya setelah shalat isa dan shalat subuh. Ba’da shalat isa kajian tentang ilmu nahwu dan fikih, dasar-dasar ilmu agama yang harusnya dipelajari oleh setiap muslim yang sudah akil baligh ( yang sudah mencapai umur dewasa ).

Dengan ilmu nahwu seorang muslim tahu betul tata bahasa arab yang merupakan bahasa Al-qur’an dan hadits, jadi tidak setiap orang bisa menerjemahkan Quran dan sunah seenaknya. Harus sesuai aturan dan kaidah yang telah ditentukan. Fikih adalah ilmu yang mempelajari kegiatan seorang muslim sehari-hari yang sesuai dengan syariatNYA, jadi setiap muslim yang sudah mukallaf ( dewasa ) dan sudah dikenai kewajiban syariat harus tahu ilmu fikih ini.

Kajian tafsir qur’an kami lakukan pagi hari setelah shalat subuh dan sebelum berangkat kerja, maklum saya nyanteri, kuliah juga kerja. Setelah berjalan beberapa bulan saya sudah mulai beradaptasi dengan tempat yang baru itu, sebelumnya saya kuliah dan diajar oleh ustadz saya yang seorang dosen juga. Dan beliau tinggal di komplek perumahan, sehingga saya harus belajar agama ( nyanteri) di tempat beliau. 

Setelah beberapa bulan, ada seorang ustadzah pengajar TPA yang mau juga belajar kajian tafsir. Ternyata dia sebelumnya sudah belajar di sebuah pesantren, jadi ketika ada yang mengaji di dekat rumahnya ia ingin juga ikut mengaji. Dia menanyakan kepada saya apakah bisa ikut mengaji dengan saya, terutama pada kajian pagi hari setelah shalat subuh itu. Saya hanya bisa bilang kalau dia harus ijin dengan ustadz saya dulu apakah dia bisa ikut atau tidak.

Pada hari berikutnya, pagi-pagi setelah kami selesai shalat shubuh dan dzikir di mushola sekitar pukul 05.00 dia sudah menunggu di majelis itu. Tafsir awal di surat Al- Baqoroh, sungguh luas ilmu Allah SWT ternyata dalam satu ayat saja terkandung pesan yang sangat luhur. Sebenarnya saya tidak terbiasa mengaji dengan akhwat di samping saya, tak di sangka dia memang cepat meresap pelajaran bisa dibilang dia lebih pintar dari saya.

Hari-hari berlalu, kami pun berkenalan dan dia adalah gadis yang sederhana, sopan dan tidak mau terlalu dekat dengan yang bukan muhrimnya. Kami hanya sekilas bertemu pandang, entah kenapa hati ini mulai terpaut. Tidak bisa disangkal rasa itu semakin menyeruak ke relung jiwa, sehingga rasa itu berbuah cinta. Ya saya piker itu adalah cinta, cinta yang kagum akan kebaikan akhlak, dan ilmunya. Ia seakidah dan seiman, dan pikirku mungkin ia adalah sekufu ( cocok dan sesuai secara agama ) denganku.

Ternyata rasa itu tidak bertepuk sebelah tangan, hati kami saling berpaut di majelis tafsir itu, majelis cinta. Semoga cinta kami diRidhoiNYA hingga akhir hayat kami. Amiin ya robbal alamin. 

Di pojok kota seribu santeri.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Rabu, 05 Desember 2012

Transformasi itu suatu Keharusan


Sobat  pasti senang kan melihat perubahan tampilan web kesayangan kita yang lebih friendly, lebih wah, dan lebih ‘membekas’ dihati. Jujur saya suka menulis di blog, tapi karena tulisan saya jarang dibaca dan diapresiasi ya jadinya agak malas. Apresiasi dalam suatu karya adalah kerharusan, bahkan Tuhan Yang Maha Kaya itu adalah Yang Maha Mengapresiasi ( Menimbang, Memberi, Membalas ) setiap hasil karya makhlukNYA.
Dan memang sudah fitrahnya manusia untuk diapresiasi, bukan berarti riya atau tidak ikhlas tapi itu adalah batas kewajaran. Dengan saya menemukan dan bergabung di ceritamu.com yang telah ber ‘ transformasi ‘ saya merasa lebih diaku, lebih diapresiasi sehingga semangat menulis pun bangkit kembali.
Saya akan mengemukakan sebuah kata yaitu transformasi, yang berarti berubah ke arah yang lebih baik. Ia kata benda juga bisa dikatakan kata sifat yang bisa melekat pada diri baik perorangan, lembaga ataupun sebuah negara sekalipun. Kalau perorangan, lembaga, ataupun negara itu stagnan alias jalan di tempat maka ada yang salah dalam diri mereka. Bisa jadi dari power / tenaga yang tidak ada atau strategi yang salah terap dalam mengarungi perjalanan panjang ini.
Transformasi bisa juga berupa rule ( atauran ) atau sunatullah yang harus dijalankan, kalau tidak maka kita akan kalah, sirna bahkan musnah. Dalam bulan ini yang merupakan tahun baru dalam kalender Islam yang disebut Hijriyah yang berarti hijrah. Hijrah juga bisa dikatakan padanan kata dari transformasi yang berarti menuju ke arah yang lebih baik, tidak lagi menengok dan berpaling ke belakang. Menatap dengan fokus ke masa depan yang lebih baik,dengan arahan yang jelas, strategi yang matang serta energi yang cukup adalah hal utama yang harus diperhatikan agar kita bisa meraih apa yang diinginkan.
Dengan goal atau tujuan yang jelas, kita mau tidak mau harus membangun karakter yang powerfull tidak mudah kalah dan terjatuh. Serta meski sudah dalam kondisi titik nadir pun bisa melejit bangkit , tidak dirundung kesedihan yang mendalam. Rasulallah SAW sudah begitu jelas mencontohkan bagaimana ia berjuang dengan sekuat tenaga, menghimpun kekuatan yang semula sedikit hingga menjelma kekuatan yang dahsyat untuk menyiarkan Risalah Tuhan Yang Maha Mulia itu.
Ia begitu tegar, kuat dan juga cerdas, andai saja ia lemah dan tidak mempunyai pendirian yang kuat niscaya hijrahnya beliau ke Yastrib itu tidak akan membawa perubahan. Semoga saya dan anda sekalian diberi kekuatan, petunjuk dan jalan yang lurus serta terang benderang untuk meraih hidup yang secara hakiki lebih baik dari yang sekarang.

Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner

Renungan Akhir Tahun : Apa Yang sudah Anda Capai?


Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk hidup lebih baik dan lebih sejahtera, baik secara lahir yang berupa materi ( sandang dan pangan ) maupun secara bathin yang berupa kebahagiaan yang hakiki. Tapi seiring perkembangan jaman saat ini, definisi kesejahteraan itu semakin bergeser dan berubah makna.

Dengan berkembangnya peradaban dunia yang begitu cepat saat ini , kehidupan yang sejahtera itu diukur hanya dengan keberhasilan materi belaka. Manusia modern saat ini cenderung ke arah hidup yang hedonis, yaitu menempatkan kekayaan secara materi diatas segalanya. Ya orang perorang mengukur keberhasilan hidupnya manakala hajat nafsu duniawinya terpenuhi, ia tidak memperhatikan apakah keberhasilannya itu membentur nilai-nilai keluhuran suatu etika, norma yang disebut agama.

Sobat saya juga bukan ahli filsafat, bukan ahli agama dan juga bukan ahli sastra yang pandai mengukir-ukir kata. Tapi saya sering mengukur dan menimbang pada diri saya, apakah setiap tindakan saya ini benar sesuai garis yang telah baku. Atau saya termasuk orang yang lebih mementingkan nilai-nilai materi belaka yang sifatnya rusak dan sementara, saya hanya orang dhoif yang memang butuh akan materi tidak naif atau menafikan ( menghilangkan ) akan kebutuhan materi itu.

Coba sobat renungkan, tidak usah jauh-jauh ke belakang bertahun-tahun silam. Cukup renungkan apa yang telah anda perbuat, serta apa yang telah anda capai dari awal tahun hingga menjelang akhir tahun ini? Apakah secara materi anda terpenuhi dari tahun sebelumnya? Apakah secara rohani kebahagiaan anda terpenuhi dengan adanya materi tersebut? Apakah keinginan terbesar anda terpenuhi tahun ini ? atau apakah semua yang anda idam-idamkan baik secara materi ataupun non materi tersebut hanya angan belaka?.

Ya mungkin secara kekayaan materi orang yang melihatnya secara nyata akan mengucapkan, wah anda berhasil. Atau anda belum berhasil. Tapi untuk urusan rohani atau spiritual hanya anda dan Tuhan anda yang tahu bukan?. Ada sedikit ‘riak kata’ dalam otak dan pemikiran saya, sebenarnya kondisi sesejahtera apapun materi saya ternyata kalau kebahagiaan secara bathin ( rohani ) itu kosong ujungnya semuanya hampa, hambar, tidak bisa lengkap dan ada sesuatu yang hilang.

Rohani ini haus akan kesejahteraan bathinnya, dan perilaku bathin ini akan benar-benar mempengaruhi tindakan lahirnya. Coba sekali lagi renungkan, ternyata sebesar apapun misal gaji atau pendapatan kita ternyata semuanya itu relatif. Selalu berbanding lurus dengan nilai semua materi yang ada dihadapan kita, mau sekian puluh juta kalau ternyata yang kita keluarkan melebihi puluhan juta itu. Maka ibarat mereguk air garam, kita akan haus dan terus haus tidak akan pernah berhenti untuk mereguknya.

Tak ayal banyak orang menghalalkan segala cara untuk meredam kehausannya itu, mereka berbuat culas , bermuka badak, dan tega merebut hak-hak orang lain. Maka benarlah satu hal yaitu pesan Tuhan Yang Maha Rohman, Yang Maha Mensejahterakan, Yang Maha kaya. “ Sesiapa yang Bersyukur pada NikmatKU niscaya pasti akan Aku tambahkan NikmatKu itu padamu, dan barang siapa yang Kufur ingat adzabKu sangat pedih”.

Kata guru spritual saya ‘bersyukur’ berarti mentasyarufkan ( menyalurkan ) sesuai syariat dan di JalanNya yang diRidhoi, bukan semaunya sendiri karena setiap nikmat yang kita rasakan akan berbalik pada diri kita. Maka jelas kalau kita mentasyarufkannya dengan benar balasannya itu ratusan kali lipat, dan balasan itu bukan hanya materi belaka tetapi yang utama yaitu kesejahteraan bathin.

Dan karena Allah kesifatan Maha Rohman dan Rohim, ia mengadzab manusia yang kufur tersebut sebagian besar nanti di alam kekal, Ia begitu Penyabar menunggu hambaNYA kembali. Jadi ketika anda mendapat kekayaan materi cepat tunaikan Hak Allah, yaitu dengan memberikan pada hambaNYA yang lemah dan berhak dari sebagian harta anda. Demikian semoga hari-hari anda indah dan bersama RidhoNYA. Amiin.


Masukkan Email Anda untuk Langganan Artikel:

Delivered by FeedBurner